Petani Khawatir Sebab Musim Kemarau Panjang

VOKALOKA.COM, Cianjur (12/10) - Petani di seluruh Indonesia saat ini tengah merasakan dampak yang cukup signifikan dari panas terik matahari yang berkepanjangan. Musim kemarau yang ekstrem di beberapa wilayah negeri ini telah memicu kekhawatiran serius bagi para petani, khususnya ketika fenomena El Niño menjadi alasan utama di balik cuaca yang tidak bersahabat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa musim kemarau di daerah Bandung dan sekitarnya, yang dimana salah satunya Cianjur akan berlangsung lebih lama. Kondisi itu terjadi dampak dari peristiwa El Nino di Indonesioa.

Alhasil petani di berbagai provinsi seperti Jawa Barat khususnya petani di Cianjur desa Kertasari mengeluhkan bahwa suhu yang tinggi dan hujan yang minim telah membuat tanah mereka mengering dengan cepat.

Ditambah pada bulan September bagian ketiga, terjadi peristiwa di mana matahari tampak berada sejajar dengan garis khatulistiwa, yang disebut sebagai ekuinoks. Sehingga mengakibatkan peningkatan intensitas sinar matahari selama Dasarian III September.

Suhu di Cianjur pada siang hari, menurut data dari website BMKG, pada tanggal 9 Oktober mencapai 34 derajat Celsius, 10 September 32 derajat Celsius, 11 September 29 derajat Celsius, 12 September 31 derajat Celsius.

Menurut BMKG, suhu maksimum normal yang tercatat di Cianjur pada bulan September adalah sekitar 30,3 derajat Celsius. Suhu udara yang melampaui 3º C (tiga derajat Celsius) atau lebih di atas nilai normal setempat dapat dikategorikan sebagai suhu udara ekstrem.

Hal ini membuat proses persiapan lahan untuk penanaman padi menjadi semakin sulit untuk ditebak. Ketakutan terbesar adalah bahwa jika cuaca tidak membaik segera, hasil panen padi yang diharapkan untuk akhir tahun ini mungkin akan sangat terlambat.

Bapak Rosyid, seorang petani di desa Kertasari, mengungkapkan kekhawatirannya, "Musim kemarau tahun ini terasa lebih panjang dan panas daripada yang biasanya. Tahun kemarin aja bulan september awal hujan sudah turun, dan memang saat september awal saya sudah mengalami tandur."

El Niño, yang disebut juga sebagai Anak Laut atau 'The Little Boy' dalam bahasa Spanyol, adalah gejala iklim yang mengakibatkan peningkatan suhu permukaan laut di kawasan Samudra Pasifik Tengah. Hal ini dapat mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dampak El Niño yang terasa di negeri ini adalah terjadinya musim kemarau yang panjang dan panas.

Namun BMKG sendiri telah memprediksi musim kemarau akan berakhir disebagian besar wilayah Indonesia mulai akhir Oktober ini, hal ini benar terjadi karena hari Senin (9/10/2023) terjadi hujan berskala sedang di wilayah Cianjur dan Bandung Barat. Hujan tersebut menjadi kabar baik bagi warga terutama para petani dimana diprediksikan awal musim hujan terjadi secara bertahap dari akhir Oktober sampai awal November.


-Nizar Nur Ramadhan

No comments

Post a Comment