Showing posts with label Vokasastra. Show all posts
Showing posts with label Vokasastra. Show all posts

Bukan Tentang Si Putri Malu

Dari banyaknya jenis flora yang ada di semesta ini
Malangnya aku terlahir sebagai putri malu
Tidak mepesona seperti mawar
Tidak semenawan matahari
Tidak semanis lily tiger
dan tidak sekokoh bungan sepatu
Ada yang benci keberadaanku karena tak sengaja duriku mengenai kulitnya
Ada yang menyukai kehadiranku karena asik untuk dipermainkan
Ada yang caranya mengelus
Ada pula yang caranya menginjak
Namun beruntungnya aku bisa tumbuh dimana saja
Persetan dengan suhu dan udara
Apa aku terlalu kuat?
Atau terlalu liar?
entahlah...
Yang jelas aku tidak perlu bergantung pada manusia untuk menyiramiku setiap hari



penulis: Nurul Maghfiroh Rizqi Maulida

Manusia Rapuh


Berjalan meski belum tahu arah yang dituju

Menerima segala bentuk nestapa yang datang

Ini hanya dunia, katanya. 

Lalu ia tersenyum sambil menangis


Enak sekali jadi kamu, kata mereka.

Ia tediam, lalu tersenyum

Mengandai dunia lebih halus kepadanya

Mereka hanya tidak tahu pahit rasa dan sakit yang di derita


Tapi mereka juga manusia,

Ia tahu jika semua punya luka

Hanya berbeda letak berjuangnya saja

Lalu akan kembali menghadap yang Maha Kuasa




Oleh: Oki Al Kahfi




Rindu Rumah

Hambar angin malam ini terasa keras pada kulitku
Asap mengaburkan pandangan dengan remang cahaya lampu
Disudut sana seorang lelaki terkapar rindu yang abu
Disudut lainnya seorang perempuan merindu candu
Aroma kebebasan mendobrak kewajaran
Aroma kemesraan menyesakan desakan
Tiba-tiba sesak rindu mendesak kalbu
Rindu rumah isyaratkan ambigu
Rumah yang hangat sarat penerimaan
Rumah pelangi yang menyejukkan pandangan
Yang mengunci hangat dalam kamar-kamar yang suci
Aku dengan kenanganku pada simpul ikatan hati
Kembali ku sapu ruang dalam pandang mengambang Sadarku terdengar dalam sebuah pembelaan bukan pembenaran
Tapi jelasnya nyata yang kenyataan
Imajiku bermain dalam lingkar pengandaian
Andai keluargaku rentang tangan selebar satu hasta saja!
Andai masyarakat menelan sedikit saja cela!
Andai penguasa melegitimasi hak birahi!
Andai agama hanya payungi hubungan vertikal hakiki!
Tak akan ada segala keliaran ini
Aku rindu rumah tempat berkeluh kesah
Serindu masakan ibu sedikit berkuah
Serindu kelekar ayah yang selalu tabah
Serindu dekap kekasih membaurkan gelabah
Dalam satu rumah


Nurul Badriah

Hakikat Guru dan Murid

Guruku itu adalah yang membuat aku paham dan sadar, siapa diriku, untuk apa aku hidup, dan kemana tujuan hakiki hidupku berlabuh.

Siapa pun guruku, selama membuatku fokus untuk wujudkan ketiga pertanyaan tersebut,
maka itulah guruku.

Secerdas apapun diriku, aku tidak akan pernah menemukan hakekat tiga pertanyaan di atas,
ketika aku menyakitinya, kala aku merendahkan harga dirinya,
dan saat aku memperlakukannya dengan sikap angkuhku.

Di sinilah pentingnya aku harus sungguh-sungguh Belajar adab, aku harus tak henti belajar pada ilmu padi, dan aku harus belajar tanpa lelah menghapus segala potensi, ucap, dan sikap kesombongan agar aku dapat wujudkan penuh iman, penuh rasa takut dan harapku hanya pada Allah, hakekat pertanyaan dari mana aku berasal, untuk apa aku hidup, dan akan kemana setelah mati.

Wahai guru-guruku! Maafkanlah atas segala kesalahan dan angkuhnya hidupku selama kalian menjadi guruku. Semoga Allah memuliakan kalian di dunia dan akhirat. Aamiin

Pasha Salsabila/Vokaloka

Sebuah Negeri Kebanggaan-Ku

Nusantara, Indonesia-ku

Sebuah negeri yang menjadi tempat diriku dan lainnya dilahirkan

Sebuah bangsa dimana diriku dibesarkan

Sebuah tempat yang menjadikan diriku jadi cocok kuat dan hebat

Indonesia adalah negeri tumpah darahku

Dari ujung ke ujung tampak jelas engkau begitu hijau

Setiap sudut darimu mengukir setiap cerita yang berbeda

Perbedaan yang ada tidak membuatmu terpecah belah

Engkau adalah negeri sebagai kebanggaanku

Tidak akan pernah sedikitpun aku rela dirimu direnggut

Aku putra-putri bangsa ini senantiasa akan berkorban sepenuh jiwa dan raga

Hanya untukmu, duhai Indonesia-ku tercinta.

M. Fikri Salam/Vokaloka

Menjaga Keseimbangan antara Nafsu dan Ketuhanan

Orang yang butuh dunia berbeda dengan orang yang butuh kebenaran di akhir perjalanannya. Seperti itu juga orang yang butuh pemberian Allah dengan orang yang butuh Allahnya tentu akan berbeda dari niat, ucap, sikap, dan tingkahnya.

Artinya, orang yang butuh dunia dan pemberian dunia dari Allah, tentu akan terlihat beda dari tujuan hidup yang dijalani dengan orang yang butuh kebenaran Allah dan Allah semata.

Jika engkau memulai langkah hidupmu karena dunia, maka engkau hanya akan menjadikan Allah sebagai sandaran kebutuhan nafsumu, bukan tempat berlabuh iman dan cintamu. Sebab iman dan cintamu telah engkau gadaikan untuk dunia.

Hingga saat dunia engkau dapat, Allah hilang dalam butuhmu, dan engkau genggam dunia dengan bangga sebagai jerih payahmu dan kekuatan hidupmu. Wallahu a'lam



Nurul Alfiani /Vokaloka

Senja Sepi

Berdiri lengan menampan ,
Lenguh menahan berat badan,
Juga buah fikiran
Yang jerih terbeban,
Sambil dua tungkai ini,
Mengunjur bersilangan,
Melangut ke langit lalu hilang,
Tinggi jauh nun ke awan.

Asyik,
Menyaksi senja luas jingga,
Yang melapang terang,
Sekarang berlabuh,
Terlihat mentari ditelan laut,
Dan perlahan ia menjatuh,
Sedemikian juga hatiku,
Tadinya aman selamat,
Kini inti resah merusuh.

Langit barusan cerah,
Lalu dijajah malap malam,
Dan ruang gelap diam membisu,
Nurani risau sayu,
Juga terasa hati pilu,
Akan harimu saban berlalu,
Walaupun tiada sebab kukuh,
Untuk berasa begitu.

Mungkin juga,
Di kala senja terbentang,
Terlopong,
Jiwa menjadi kosong merentang.
Kerana usainya ceria petang,
Dan mula merasa sendiri,
Tidak diusik namun cedera emosi.
Membentak nurani,
Namun tidak didengari

Kalam kalbu tiada daya,
Untuk ke depan bersuara,
Yang tertancap apa yang dirasa,
Kerana logika memenjara,
Lalu kita cuma bisa,
Faham kendiri diolah sastera.



Nurul Alfiani/Vokaloka

Lukisan Kata

Aku melukis atma dengan kata,
Mencengkram kembali setiap kosa kata yang pernah ada,
Hanyut dalam cerita yang penuh lara,
Hingga asa yang tertumpuk rapih dalam balutan karsa,

Renjana itu memberontak menusuk jiwa membawa ambisi yang sempat tertahan oleh jeda,
Masa menyantap lahap waktu yang tersisa mendesak raga untuk mewujudkan cita,
"Kini aku telah dewasa," ucap umur yang bertambah tanpa bertanya pada jiwa,
Padahal seringkali si kecil itu masih meraung-raung minta dimanja, 
Sedang aku memaksanya bersembunyi di balik tirai jendela dunia.

Senandika ini meraki meminta keluar dari ruang elegi,
Sedang jam dinding itu terus menerus bernyanyi melekat pada dinding simfoni yang tak pernah berhenti,
Aku menjerit dalam diam ditemani sanubari yang tak pernah memberi asumsi ketika jiwa ini mencurahkan isi hati,

Ya benar ... aku memang sedang berdialog dengan diriku sendiri.

Deranaku tahan berharap menyatu dengan hati yang sendu,
Risak egoisme merayu menembus celah Atmaku yang layu,
Tapi takkan kubiarkan dia beradu pacu menghancurkan deranaku,
Sedihku cukup aku yang tahu
Sedang bahagiaku bagikan tanpa ragu.



Oleh: Nurul Alfiani

Guru Pembawa Harapan di Daerah Terpencil





Di tanah terpencil, terhampar cerita
Guru pahlawan, dalam sunyi yang sepi
Melangkah tegar, melewati rintangan
Membawa harapan, membuka cakrawala

Dalam rumah kayu, dengan kelas yang sederhana
Berkilau cahaya harapan di mata mereka
Guru tulus, tak kenal lelah berbagi ilmu
Menyentuh hati, mengajar di sudut terpencil

Di buku-buku lusuh, terukir mimpi-mimpi
Guru membimbing, menanamkan cita-cita
Tangan bergetar, menuliskan abjad
Menyulam harapan, menerangi gelap malam

Mereka menghadapi tantangan yang tak terhingga
Berjalan jauh, menembus rimba belantara
Meniti sungai, menyeberangi lembah yang curam
Menuai senyuman, menghapus air mata

Mereka tak hanya pengajar, tetapi juga pendamping
Menyinari hati, membimbing langkah-langkah
Memberi kasih sayang, dalam keterbatasan terpencil
Mengukir masa depan, dengan keyakinan yang teguh

Dalam jarak yang jauh, terdengar suara hati
Guru terpencil, tiada henti memberi
Bertutur kata-kata, mengajarkan nilai-nilai
Merangkul keberagaman, menebarkan kebijaksanaan

Di dalam sunyi, mereka berperan besar
Menjadi cahaya, dalam kegelapan yang gulita
Guru di daerah terpencil, engkau pahlawan sejati
Berpulang kasih, mengubah dunia dengan cinta

Kami berterima kasih, wahai guru tercinta
Kehadiranmu penuh makna, tulus pengabdianmu
Puisi ini untukmu, sebagai penghormatan tulus
Kau takkan terlupakan, guru di daerah terpencil




Oleh: Nusyaibah Iskandar

Aku Beranjak Tua


Hari kemarin aku masih pada masa kanak-kanak
Yang tak pernah memikirkan masalah sampai berkerak
Dan berfikir tentang dewasa yang semerbak
Menikmati penghujung hari dengan segelas arabika
Harap dari khayalku salah telak....

Selang purnama aku menginjak masa remaja
Masa dimana hasrat bergejolak begitu dahsyatnya
Merasa menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia
Mencari jati diri yang tak tahu dimana tempatnya
Mencoba untuk memiliki seluruh isi dari dunia
Harap dari khayalku keliru jua....

Hari ini aku menemukan diriku yang beranjak tua
Aku bukan lagi aku pada masa kanak dan remaja
Langkah dari umurku kian habis sampai tak tersisa
Namun pesakitan nasib yang ku alami tak berjeda
Duri dan kerikil dalam setiap langkah semakin menyiksa
Pengalamanku tak bermuka dua....

Terlena dalam hidup fana harus mulai aku sudahi
Saatnya aku menyiapkan diri untuk menjemput mati
Aku datang pada-Mu Ya Illahi....



Oleh: Nurul Badriah 

SYUKRAN WAHAI GURUKU

SYUKRAN WAHAI GURUKU
Persembahan Karya Sastra Dari Nadiya Nadha Fakhira





Guruku...
Engkau payung dikala hujan...
Penerang di gelapnya alam...
Kasih sayangmu ku abadikan...

Guruku...
Tidak terbalas jasamu...
Tidak terbatas budimu...
Dengan hadirmu di dalam hidupku...
Menjadikan pelita di dalam qalbu...

Guruku...
Gelapnya jiwa ini...
Tanpa sentuhanmu...
Mencari ridha ilahi...
Berkat ilmu yang kau beri...
Ikhlasmu kepadaku...
Menjadi mudah hidup ini...

Guruku...
Kami harapkan doamu...
Semoga ilmu yang kau beri...
Berguna sepanjang hidup ini...

Syukran...
Syukran wahai guruku...
Engkau telah membimbing daku...
Dijalan yang engkau tuju...


Penulis: Nadiya Nadha Fakhira 

Untuk Pemimpin Negeri

 
Pemimpin yang hebat bukanlah sekedar gelar
Tetapi juga sikap dan tindakan yang menjadi teladan
Dalam segala tindakannya selalu menginspirasi
Dan membawa perubahan yang memberikan keberkahan

Pemimpin yang hebat memiliki pandangan yang jauh
Melihat masa depan dengan tajam dan bijaksana
Mampu menggerakkan hati orang banyak
Dan memimpin mereka ke arah yang benar dan mulia

Ia memimpin dengan cinta dan kebijaksanaan
Mengayomi dan memperjuangkan kepentingan rakyatnya
Menjaga integritas dan moralitas diri
Sehingga rakyat percaya dan terus mendukungnya

Pemimpin yang hebat mengubah dunia
Dengan memulai dari yang kecil dan terus berjuang
Menyebarkan kebaikan dan cinta tanpa batas
Menjadi contoh bagi pemimpin lain di seluruh dunia

Bahkan saat zaman berganti dan perubahan terjadi
Pemimpin yang hebat tetap terkenang di hati rakyat
Sebagai teladan yang menginspirasi
Untuk menjadi pemimpin yang hebat di masa depan nanti.




Oleh: Nusyaibah Iskandar

Balada Si Pendosa

Alam semesta bersujud meminta ampun
Ternyata skenario-Nya terus beralun
Menciptakan kehidupan yang begitu anggun
Sedang aku berbangga diri dengan dosa
Terbawa oleh arus kehidupan yang fana
Merasa akan kekal tak akan hilang nyawa
Haus dengan kenikmatan yang sementara
Ku telusuri setiap jalan kesesatan
Dengan dalih petunjuk dari Tuhan
Padahal terjerumus pada jurang setan
Neraka menunggu sudah tak terelakkan

Sedikit akan aku ceritakan padamu...
Balada si pendosa yang belagu
Hidup dalam naungan makna yang ambigu
Berdialog dengan Tuhan sedikit merayu
Harap cemas akan bahagia yang tabu
Dihantui penyesalan datang tak jemu
Tuhan, adakah titik terang kesempatan
Bagi melangkah daku sebagai acuan
Mencari jalan tuk meraih ampunan
Balada si pendosa berteriak mencari arahan
Selama hayat masih dikandung badan




Oleh: Nurul Badriah

Utopia Hari Raya


Aku ingin bertualang

Pada toples toples kue lebaran yang disajikan

Juga ceruk denting gelas sirup merah muda

Mungkin saja, di sana kasihku berdiam diri

Sembunyi dengan mendekap rindunya seorang diri

Tak mau dibagi,

Hingga beraneka tamu membawa sesaji membuatnya tak bergeming

Diam

Menikahi sang maha hening

Walaupun di akhir jamuan tak bisa kutemui manis senyummu

Aku kepayahan

Terlalu dahaga akan semua lampahmu yang perlahan sirna

Ini perayaan sukacita

Bukan egolara yang seharusnya kita lupa

Ini hari raya

Bukan lagi suasana yang dekat tetapi terasa tersekat

Pada puisi, sajak hingga selaksa aksara

Kau tetap kunanti hingga perayaan purnama

Kan kita jelang bersama.





Oleh: Naswa Nathania

Malam Nuzulul Qur'an



"Malam Nuzulul Qur'an"


Keheningan diisi dengan suara langkah kaki
Ketika orang mempersiapkan diri
Untuk malam yang istimewa
Untuk malam yang penuh berkah

Mereka mempersiapkan diri untuk menyediakan waktu bagi peribadatan 
Saatnya refleksi diri, sambil membaca Al-Qur'an
Sehingga mereka dapat menerima berkah dari Tuhan 

Untuk menyembah Tuhan mereka
Menjadi pribadi yang lebih baik di mata Tuhannya
Dan untuk bertumbuh dalam iman dan menjadi lebih sadar
Karena ini adalah malam yang diberkati untuk melakukan perubahan

Hari yang ditakdirkan telah tiba, sudah sampai kepada hari yang mengisi malam-malam sebelumnya
Dengan cahaya-Nya, dunia menjadi terang benderang

Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada tiap insan
Lantunan ayat Al-Qur'an dipenuhi dengan kegembiraan
Semua doa dipanjatkan
Mengharap keberkahan di Malam Nuzulul Qur'an 



Oleh: Naswa Nathania Azzahra

"Hidup"


"Hidup"


Hidup ini singkat, jalani dengan kuat dan taat
Hidup adalah kesempatan untuk berbuat baik
Seyogyanya membantu orang lain dan menunjukkan belas kasih
Berada di sana untuk orang lain ketika mereka membutuhkan
Karena setiap saat mungkin ajal kita akan datang


Cintai hidup yang kamu miliki, dengan cara terbaik yang kamu bisa
Dan berbuat baiklah di dunia
Karena hidup kita adalah ujian 
dan tak sepatutnya kita lalai dan melupakan




Oleh: Naswa Nathania Azzahra 

Puisi Doa Seorang Ibu


Doa seorang ibu

Seorang ibu berdoa untuk anak-anaknya
Untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri
Untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik
Untuk peduli, untuk membantu, untuk mencintai


Doa seorang ibu
Harapan seorang ibu
Kasih ibu
Cinta seorang ibu
Cinta tanpa syarat
Doa seorang ibu hanyalah sebuah pesan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya


Doa seorang ibu adalah hal yang indah
Melakukan apapun untuk anak-anak mereka
Menginginkan yang terbaik untuk darah daging mereka
Menjadi anak terbaik dan diridhoi Yang Maha Hebat
Mereka berdoa agar anak-anak mereka tumbuh menjadi orang yang terhormat
Menjadi orang berani dan kuat
Untuk menjadikan mereka generasi muslim yang taat




Oleh: Naswa Nathania Azzahra 

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Terkadang kita terlalu rendah untuk menilai diri sendiri,

Awalnya kita menganggap bahwa diri ini tak akan mampu menghadapi takdir yang tidak kita inginkan.

Tetapi takdir akan selalu menemukan jalannya untuk datang kepada kita

Yang pada akhirnya kita akan melalui takdir tersebut.

Takdir yang tidak kita inginkan itu, akan menjadi pelajaran dan pengalaman berharga

Setelah itu barulah kita menyadari bahwa kita ternyata mampu menghadapi apa yang sudah di takdirkan Tuhan.

So, never give up. Jalani yang harus kita jalani. Kita harus yakin bahwa kita bisa melaluinya.

Saat ini mungkin banyak dari kita memiliki mimpi yang harus kita gapai,

Mimpi yang dititipkan pada setiap bahu kita

Menjalani langkah demi langkah

Meskipun terlihat berat tapi kita harus kuat

Meskipun terlihat susah tapi kita tidak boleh menyerah.

Karna Allah tidak mengatakan setelah kesulitan ada kemudahan

Tetapi Allah mengatakan, bersama kesulitan ada kemudahan

Karna itu, meskipun terlihat tidak mungkin tapi kita tetap harus yakin

Ikuti alurnya, nikmati proses-nya

Karna jika memang sudah waktunya, Allah akan mudahkan jalannya.



Oleh: Nurul Alfiani

Lirih Sang Pendosa

 Tuhanku,


Rabbku,


Demi Engkau aku melangkah

Karena Dirimu aku tetap berdiri

Untuk-Mu aku bertahan atas sakitku

Menghujam, bertubi-tubi


Sungguh aku berserah

aku adalah hamba-Mu

Jiwaku adalah milik-Mu

arahkan aku, Rabbi


Kemanapun, asal Engkau meridhaiku.


Allah..jika malam ini Engkau merubah takdir celaka seorang hamba dan menjadikannya bahagia, maka bahagiakan aku..


Allah.. jika malam ini engkau memaafkan dosa-dosa hina yang pernah dilakukan seorang hamba, maka maafkan aku..


Allah.. jika malam ini Engkau memilih seorang hamba yang Kau cintai dan dekat dengan-Mu, maka pilihlah aku..


Hanya kepada-Mu aku memohon dan mengadu,

Hanya kepada-Mu aku menangis dan mengemis,

Hanya kepada-Mu aku serahkan jiwaku,


Sembuhkanlah sakitku

Mudahkan sulitku

Terangi gelapku


Rabbi.. tiada yang kuinginkan selain-Mu.



Oleh: Nadiya Nadha

Ramadhan Kareem


Setelah bulan sya'ban berpindah
Kini bulan ramadhan kembali singgah
Bulan yang menjadi sawah
Untuk segenap muslim menanam amal hingga memanen berkah

Tiba waktunya jalan kan rukun islam yang ketiga
Dengan hati ikhlas dan penuh suka cita
Mengerjakan puasa di bulan ramadhan 
Dengan nafsi menadah tangan memohon ampunan

Tubuh yang sudah terbiasa dirumah
Kini waktunya melangkah ke masjid sholat berjamaah
Menyisihkan sebagian rizki untuk bersedekah 
Jangan lewatkan amalan sunnah
Lantaran amal dibulan ramadhan berkali jumlah

Ditengah hiruk pikuknya kehidupan 
Kita rayakan ramadhan dengan kesenangan 
Meski terkadang merasa terbebankan
Yakinlah Tuhan akan memberi jalan

Sajak ini menjadi penenang
Yang terkandung bait doa dan harapan 
Obat akan kecemasan kehidupan
Sebab pada Tuhan segenap permintaan kami pecayakan 




Penulis: Nurul Maghfiroh R. M