Peluh Pedagang Pasar Tradisional Di Era Digitalisasi Pasar



Sudah sejak zaman terdahulu berdagang menjadi mata pencaharian di negara kita berawal dari nenek moyang kita hingga terus berlangsung sampai saat ini. Dari zaman dahulu barawal dari barter antar barang kebutuhan, beras dengan sayuran atau buah-buahan begitupun dengan barang-barang lainnya. Dari kegiatan barter tersebut dilakukan di mana saja tidak terdapat tempat pertemuan khusus. Hingga akhirnya orang-orang terdahulu menetapkan satu tempat untuk saling menukar barang. Kita biasa menyebutnya sebagai pasar. yang mana dalam pasar terdapat pertemuan antara pembeli dengan pedagang.

Pasar tradisional menjadi pusat perbelanjaan yang selalu ramai. Semua terkumpul menjadi satu bahkan bukan hanya sebagai tempat transaksi antara pedagang dengan pembeli. Pasar pun menjadi tempat untuk pekerjaan lain mengais rejeki. Seperti tukang panggul barang, penjaga kebersihan dan keamanan pasar, serta tukang parkir yang bertugas menertibkan kendaraan orang-orang yang datang ke pasar.

Namun semua tidak lagi sama ketika pandemic covid-19 datang menyapa negeri kita. Pada awal tahun 2020 kasus Corona pertama kali dilaporkan di Indonesia. Awalnya hanya kota sekitaran depok yang perlu waspada. Karena kasus pertama datang dari Kota Depok, namun lambat laun kasus Corona ini semakin menyebar ke seluruh penjuru Indonesia. Hingga akhirnya Pemerintah menetapkan kebijakan yang Bernama “Lockdown” kebijakan tersebut menjadi awal mula dari terjadinya kemerosotan omset bagi para pedagang di pasar tradisional.

Lockdown menjadi kebijakan yang mana membatasi segala interaksi sosial manusia. Karena pandemic ini pun juga menyebabkan banyak masyarakat yang takut akan berbagai kegiatan yang berbaur dengan kerumunan manusia. Berbagai kebijakan pun terus berganti hingga akhirnya kegiatan berkerumun Kembali diperbolehkan.

Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikan pasar tradisional meraih keramainnya lagi. Masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan pasar digital atau pasar online selama pandemic, tidak Kembali lagi berkunjung ke pasar tradisional. Mereka sudah terbiasa dengan pasar digital yang mereka gunakan di tahun-tahun sebelumnya. Terlebih pada masa sekarang zaman sudah dikuasai oleh perkembangan digital yang sangat canggih. Hal tersebut dirasa lebih memudahkan mereka dalam berbelanja tanpa mereka mengeluarkan tenaga untuk pergi keluar rumah.
Seperti yang terjadi di salah satu pasar yang berada di Kota Cilacap, Jawa Tengah tepatnya di Kecamatan Sidareja. Pasar Karna yang dahulu terkenal sangat ramai baik itu oleh pedagang pakaian, sepatu, sandal, sayuran, ayam, ikan, hingga daging kini tidak lagi terlihat ramai. Sewaktu adanya pandemic hingga kini Pasar Karna selalu terlihat sepi. Awalnya para pedagang masih tetap optimis, namun lama-kelamaan para pedagang pun banyak yang tidak aktif beroperasi lagi di pasar. Mereka selalu mengatakan sepi pelanggang sehingga lebih baik pulang lebih awal atau bahkan tidak membuka kiosnya dengan alasan ingin istirahat saja.
Para pedagang banyak yang mengeluh sepi pelanggan, mereka mengatakan jika masyarakat lebih senang membeli sesuatu lewat online. Jika ditanya mengapa tidak mencoba menjual lewat online, jawaban mereka selalu sama. Mereka selalu menolak dengan berdalih bahwa pasar online susah diakses. 
Hari-hari menjelang pergantian tahun, yang sejak zaman dahulu selau ramai oleh pembeli baik itu pembeli ayam, ikan, atau daging kini tetap terasa sepi. Bahkan terlihat seperti hari-hari biasa. Padahal sebelum adanya pandemic pedagang ayam, ikan atau daging akan ramai di datangi pembeli. Mereka akan berbondong-bondong membeli untuk merayakan tahun baru dengan membakar, memanggang atau barbeque daging-daging yang mereka beli.
Peralihan penggunaan pasar digital memang begitu terasa, terlebih oleh mereka para pedagang pasar tradisional. Mereka banyak yang terkendala oleh ketertingalannya mengenal dunia digital sehingga menyebabkan mereka enggan untuk beralih ke pasar online. Beberapa pedagang yang masih mempertahankan berdagang dengan pasar tradisional tetap memegang teguh bahwa rezeki akan tetap mengalir, karena Tuhan tidak akan pernah keliru pada rezeki hambaNya.

No comments

Post a Comment