Showing posts with label Vokaopini. Show all posts
Showing posts with label Vokaopini. Show all posts

Pengaruh Globalisasi Terhadap Mahasiswa Untuk Saat Ini

VOKALOKA.COM - Globalisasi merupakan fenomena yang telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan. Dalam konteks ini, mahasiswa menjadi salah satu kelompok yang sangat terpengaruh oleh proses globalisasi. Pengaruh globalisasi terhadap mahasiswa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk perubahan dalam pola pikir, gaya hidup, akses terhadap informasi, dan perspektif global.

Salah satu dampak utama globalisasi terhadap mahasiswa adalah perubahan dalam pola pikir. Melalui akses yang lebih luas terhadap berbagai budaya, ide, dan perspektif, mahasiswa menjadi lebih terbuka dan dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu global. Mereka memiliki kesempatan untuk memperluas wawasan mereka melalui pertukaran pelajar, program studi luar negeri, dan kolaborasi dengan mahasiswa internasional. Hal ini mengubah cara berpikir mereka, memungkinkan mereka untuk melihat dunia secara lebih holistik dan merangkul keberagaman.

Selain itu, globalisasi juga memberikan pengaruh dalam hal gaya hidup mahasiswa. Keterbukaan terhadap budaya asing dan adopsi teknologi baru telah mengubah pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola interaksi sosial mahasiswa. Mereka memiliki akses yang lebih mudah terhadap berbagai produk dan layanan internasional, sehingga membuka peluang untuk mengadopsi tren global dalam gaya hidup mereka. Misalnya, kemajuan teknologi telah memungkinkan mahasiswa untuk terhubung dengan orang-orang dari seluruh dunia melalui media sosial, platform belajar daring, dan forum diskusi internasional.

Selain itu, akses terhadap informasi global juga merupakan aspek penting dari pengaruh globalisasi terhadap mahasiswa. Kemajuan teknologi komunikasi telah mengubah cara mahasiswa mengakses dan berbagi informasi. Mereka dapat dengan mudah mengakses sumber daya pendidikan internasional, jurnal akademik, dan literatur terbaru dari berbagai negara. Hal ini membantu mereka untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih mendalam dalam bidang studi mereka dan mengikuti perkembangan terbaru dalam disiplin ilmu tertentu.

Perspektif global juga menjadi dampak penting dari globalisasi terhadap mahasiswa. Melalui interaksi dengan mahasiswa dari berbagai negara, mereka dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang isu-isu global dan keanekaragaman budaya. Mereka dapat mempelajari perspektif baru, membangun hubungan antarbudaya, dan bekerja sama dalam mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, konflik internasional, atau isu-isu sosial yang kompleks.

Secara keseluruhan, globalisasi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap mahasiswa. Dalam era yang semakin terhubung secara global, mahasiswa memiliki akses yang lebih luas terhadap budaya, informasi, dan perspektif. Hal ini membuka peluang bagi mereka untuk mengembangkan pola pikir yang lebih terbuka, gaya hidup yang lebih inklusif, dan perspektif global yang lebih baik. Dengan memanfaatkan pengaruh globalisasi secara positif, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan yang berperan aktif dalam mewujudkan dunia yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.


Rafiq Albanajib/Vokaloka

Meningkatkan Rasa Cinta Terhadap Budaya Daerah

VOKALOKA.COM - Budaya merupakan suatu adat kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dalam suatu bangsa atau negara. Budaya ini juga bisa diartikan sebagai perilaku yang sudah menyebar di kalangan masyarakat yang menjadi bagian dari kehidupan. Menurut Edward Spranger seorang filsuf asal Jerman mengungkapkan bahwa "kebudayaan adalah segala bentuk atau ekspresi dari kehidupan batin msyarakat". Para ahli membagi budaya ini menjadi tiga bentuk yaitu : pertama, budaya dalam bentuk ide atau gagasan yaitu sebuah kebudayaan yang terkumpul dari beberapa ide, norma, dan juga peraturan yang sifatnya abstrak. Kedua, budaya dalam bentuk tindakan, yaitu budaya yang berbentuk tindakan atau perbuatan yang selalu dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Dimana setiap orang memiliki kebiasaan aktivitas yang beragam. Ketiga, budaya dalam bentuk artefak yaitu suatu budaya yang dihasilkan dari perpaduan antara budaya ide dan juga budaya tindakan yang dapat menghasilkan sebuah karya yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Maka dari itu, budaya menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan perlu adanya upaya pelestarian kebudayaan.

Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang tersebar di seluruh pelosok daerah sekalipun. Dari mulai sabang sampai merauke. Semua itu dikarenakan Indonesia memiliki jumlah penduduk yang amat banyak, yang terdiri dari berbagai suku dan juga etnis. Hal ini yang melatar belakangi adanya keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Tapi, ada juga faktor lain yang menyebabkan keanekaragaman di Indonesia yaitu adanya akulturasi budaya atau adat kebiasaan yang dibawa oleh bangsa asing ke Indonesia. Hal ini bisa kita jumpai di kehidupan sehari-hari seperti, pakaian, bahasa, kesenian, dan lain sebagainya. Walaupun banyaknya suku dan adat istiadat  yang berbeda beda, tetapi masyarakat Indonesia mampu hidup berdampingan dengan damai dan nyaman.

Budaya sudah menjadi separuh nafas bagi masyarakat bangsa, dan budaya ini memiliki nilai filosofi yang sangat penting di dalamnya. Seiring perkembangan zaman kebudayaan sudah mulai tergerus oleh peradaban, baik dari bentuk fisik maupun nilai – nilai yang terkandung di dalamnya. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini, dimana manusia bisa lebih mudah dan cepat dalam melakukan suatu hal yang diinginkan, seseorang dengan lebih mudah melihat kebudayaan bangsa lain dan bahkan banyak pula yang mencontohnya yaitu dengan melalui youtube atau media sosial yang lain. Hal seperti ini yang mengakibatkan terkikisnya kebudayaan kita, dimana masyarakat bangsa khususnya pemuda dan pemudi bangsa lebih mengesampingkan budayanya sendiri. Alih – alih untuk melestarikan tapi justru dikesampingkan dan tersisihkan. Bagaimana negara kita mau menjadi maju jika masyarakatnya saja lebih mencintai produk luar daripada produk lokal ? Bagaimana negara kita mau dikenal di negara lain, sedangkan masyarakatnya saja tidak mau menggunakan kebudayaannya sendiri justru lebih sering menggunakan budaya asing ? dan bagaimana negara kita bersinar jika masyarakatnya tidak mencintai budaya lokal? Hal – hal seperti inilah yang patut kita pertanyakan kepada para generasi muda.

Masyarakat banyak meenganggap bahwa kebudayaan kita ini sudah ketinggalan zaman dan jadul, yang pada akhinya menyebabkan pudarnya rasa bangga dan cinta terhadap kebudayaan sendiri. Padahal budaya ini sangat penting bagi suatu bangsa. Bukan hanya sebagai identitas suatu bangsa saja akan tetapi juga menjadi warisan dari generasi sebelumnya. Maka dari itu, para penerus  bangsa ini harus menjaga, mempelajari, dan juga melestarikan kebudayaan sendiri agar tidak luntur dan terkikis oleh perkembangan zaman. Lalu bagaimana cara melestarikan budaya kita miliki sekarang ? Pertama dengan mempelajari kebudayaan bangsa, belajar kebudayaan yang ada di daerah kita masing-masing bisa membantu melestarikan budaya bangsa agar tidak luntur. Misalnya belajar bahasa daerah (jawa, sunda, Madura, minangkabau dan lain sebaginya). Yang kedua, mengajarkan budaya kepada orang lain. Setelah belajar budaya sendiri alangkah baiknya menyampaikan budaya kita kepada orang lain agar semakin banyak orang yang mengenal budaya kita. Yang ketiga, memperkenalkan ke negara lain. Memperkenalkan budaya sendiri ke negara lain juga patut dilakukan. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi media social, kita bisa memperkenalkan kebudayaan kita lewat video atau foto yang kita posting. Dan yang keempat, tidak terpengaruh oleh budaya asing. Kita boleh saja melihat budaya luar tapi kita juga perlu ingat dan waspada agar tidak terpengaruh.

Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus lebih hati-hati dan selektif dalam bergaul, jangan sampai kita melupakan budaya asli kita yan sudah diwariskan dari generasi-generasi sebelumnya. Rasa cinta da bangga terhadap budaya sendiri harus selalu dipelihara dan ditingkatkan hingga eksistensi kebudayaan kita tetap terjaga dan menjadi negara yang besar yang tetap mempertahankan jati diri.

Nurul Maghfiroh/Vokaloka

Menyoroti Peran dan Hak Wanita dalam Islam: Keadilan, Pendidikan, dan Kesetaraan

VOKALOKA.COM - Dalam pandangan Islam, peran wanita dianggap sangat penting dan dihormati. Islam mengajarkan bahwa wanita memiliki hak-hak yang sama dengan pria dan memiliki potensi yang tak terhingga untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam ibadah.

Peran dalam Keluarga: Dalam Islam, wanita dianggap sebagai ibu yang memiliki peran penting dalam pembentukan dan pendidikan anak-anak. Mereka juga memiliki tanggung jawab sebagai istri yang mendukung suami dalam membangun keluarga yang harmonis. Islam menekankan pentingnya saling mencintai, menghormati, dan saling membantu antara suami dan istri dalam membangun rumah tangga yang bahagia.

Pendidikan: Islam mendorong pendidikan bagi perempuan dan mengakui hak mereka untuk memperoleh pengetahuan. Rasulullah Muhammad saw. mengatakan bahwa "Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslim, baik pria maupun wanita." Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan bagi perempuan dalam Islam.

Pekerjaan: Islam tidak melarang wanita untuk bekerja atau memiliki karir. Namun, dalam memilih pekerjaan, Islam menekankan bahwa wanita harus mempertimbangkan tanggung jawab mereka sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Wanita dalam Islam memiliki kebebasan untuk bekerja di bidang yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka, asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Partisipasi Sosial dan Politik: Islam mengakui hak wanita untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik. Mereka memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, memberikan saran, dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi masyarakat. Sejarah Islam juga mencatat adanya perempuan yang terlibat dalam berbagai aktivitas sosial, ekonomi, dan politik pada masa Rasulullah dan sesudahnya.

Spiritualitas dan Ibadah: Dalam ibadah, wanita memiliki hak yang sama dengan pria untuk beribadah kepada Allah. Mereka diperintahkan untuk menjalankan kewajiban ibadah seperti shalat, puasa, dan haji. Islam mengajarkan bahwa kebaikan dan kesalehan tidak tergantung pada jenis kelamin, melainkan tergantung pada keyakinan, niat, dan amal perbuatan seseorang.

Dalam praktiknya, peran wanita dalam masyarakat Muslim dapat bervariasi tergantung pada faktor budaya, sosial, dan interpretasi agama. Terdapat variasi dalam praktik dan pemahaman peran wanita di berbagai komunitas Muslim di seluruh dunia. Penting bagi masyarakat Muslim untuk memastikan bahwa hak-hak dan martabat wanita dihormati sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang mendasar.


M. Firman Hakiki/Vokaloka

Mengatasi Stereotip dan Mencapai Kesetaraan Gender dalam Karier: Peran Wanita yang Makin Berkembang

VOKALOKA.COM - Kesetaraan gender adalah hak asasi yang fundamental bagi setiap individu. Hak untuk hidup dengan martabat, bebas dari ketakutan, dan memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan hidup berlaku sama bagi laki-laki maupun perempuan.

Sayangnya, hingga saat ini masih terdapat pandangan di masyarakat yang meremehkan perempuan dan menganggap mereka hanya sebagai sosok pelengkap. Perempuan seringkali dianggap lemah dan dihadapkan pada tuntutan peran sebagai ibu rumah tangga, sehingga takut untuk mengejar karir.

Namun, seiring dengan kemajuan zaman, modernisasi, dan gerakan emansipasi wanita, pandangan dan peran perempuan mulai mengalami pergeseran. Terutama dalam bidang ekonomi, partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi mengalami peningkatan yang signifikan.

Perempuan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Mereka mulai memikirkan pendapatan pribadi sebagai bentuk perhatian terhadap keberlangsungan hidup keluarga.

Motivasi dan tujuan bekerja juga dapat berbeda antara pria dan wanita. Bagi pria, bekerja seringkali dianggap sebagai kewajiban sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Sementara bagi wanita, terutama yang sudah menikah, bekerja bisa menjadi kontribusi ekonomi bagi keluarga.

Keberhasilan karir perempuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Dukungan Keluarga: Dukungan keluarga sangat penting. Sebelum menikah, perempuan harus berdiskusi dengan pasangannya mengenai keputusan untuk tetap bekerja atau tidak setelah menikah.

2. Mandiri dan Produktif: Perempuan perlu memiliki kemampuan untuk bekerja secara mandiri dan produktif, bahkan jika tidak berada di kantor. Hal ini berarti perempuan harus memiliki pengetahuan tentang teknologi dan mampu memanfaatkannya untuk kepentingan pekerjaan.

3. Manajemen Waktu: Sebagai seorang ibu, perempuan perlu menjaga keseimbangan antara karir dan keluarga. Kemampuan untuk mengatur waktu dengan baik menjadi kunci dalam menjalankan kedua peran tersebut.

Dalam mencapai kesetaraan gender dalam karier, penting bagi masyarakat untuk menghormati dan memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan. Masyarakat juga perlu mengubah persepsi dan stereotip yang meremehkan perempuan sehingga mereka dapat mengembangkan potensi penuh mereka dan berkontribusi secara aktif dalam berbagai bidang kehidupan.


M.Firman Hakiki/Vokaloka

Transparansi dan Akuntabilitas: Mendorong Reformasi Koalisi Parpol untuk Memperkuat Demokrasi di Indonesia

Kepelikan Koalisi Parpol di Indonesia: Memerlukan Reformasi Demokrasi yang Lebih Transparan dan Akuntabel

Kepelikan koalisi partai politik (parpol) di Indonesia telah menjadi perhatian dalam konteks demokrasi negara ini. Koalisi parpol sering kali menjadi alat untuk memperoleh kekuasaan politik, tetapi seringkali juga melibatkan praktek-praktek yang kurang transparan dan akuntabel.

Salah satu dampak negatif dari kepelikan koalisi parpol adalah adanya potensi terbentuknya aliansi yang tidak konsisten dengan visi dan misi partai politik tersebut. Koalisi yang dibentuk lebih berorientasi pada kepentingan politik dan pembagian kekuasaan daripada pada pelayanan kepada rakyat dan pencapaian tujuan nasional. Hal ini dapat mengaburkan garis politik partai-partai tersebut, membuatnya sulit bagi pemilih untuk mengidentifikasi perbedaan nyata antara partai-partai politik yang berkoalisi.

Selain itu, kepelikan koalisi parpol juga dapat menciptakan kekuatan politik yang dominan dan menghambat kemajuan demokrasi. Ketika beberapa partai politik bergabung dalam koalisi yang kuat, mereka dapat mendominasi proses pengambilan keputusan dan mengurangi ruang bagi partai-partai oposisi untuk berperan serta secara efektif dalam politik negara. Hal ini dapat merusak keseimbangan kekuasaan yang esensial untuk demokrasi yang sehat dan berkeadilan.

Untuk mengatasi kepelikan koalisi parpol di Indonesia, diperlukan reformasi demokrasi yang lebih transparan dan akuntabel. Perlu ada upaya untuk mendorong partai politik dan koalisi mereka untuk lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan rakyat dan pencapaian tujuan nasional, daripada sekadar memperoleh kekuasaan politik. Selain itu, transparansi dalam proses pembentukan koalisi, termasuk negosiasi kebijakan dan distribusi kekuasaan, harus ditingkatkan agar masyarakat dapat memahami dan mengevaluasi tindakan-tindakan politik yang dilakukan oleh partai-partai politik.

Peningkatan partisipasi publik dan pendidikan politik juga penting untuk mengurangi kepelikan koalisi parpol. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemilihan partai politik yang berkomitmen pada nilai-nilai demokrasi, integritas, dan pelayanan publik, masyarakat dapat menjadi agen perubahan yang mendorong partai-partai politik untuk lebih bertanggung jawab dan memprioritaskan kepentingan rakyat.

Secara keseluruhan, kepelikan koalisi parpol di Indonesia merupakan tantangan serius bagi demokrasi dan keseimbangan kekuasaan. Diperlukan reformasi demokrasi yang lebih transparan, akuntabel, dan partisipatif agar koalisi parpol menjadi alat yang efektif dalam mewujudkan kepentingan masyarakat dan memajukan demokrasi negara ini.


M. Fikri Muzhaffar/Vokaloka

Integritas Agama dan Budaya

Seringkali masyarakat kita baik di suatu daerah atau tempat tertentu senantiasa mempertentangkan antara agama dan adat-istiadat. Padahal tidak relevan jika keduanya dipertentangkan karena tidak dalam posisi sederajat atau sebanding. Pertentangan yang tidak sebanding itu kemudian melahirkan konflik yang sampai saat ini terus terjadi. Bahkan akhir-akhir ini semakin meruncing ke arah dekadensi kesatuan dan persatuan bangsa dan negara kita.

Misalnya pandangan klasik masyarakat yang seringkali mengemuka dalam kehidupan kita mengenai relasi agama dengan adat-istiadat secara umum dapat dibagi menjadi dua. Pandangan pertama mengatakan bahwa agama itu bertentangan dengan adat-istiadat. Oleh karena itu agama harus yang didahulukan, sehingga adat harus di matikan atau bahkan dihilangkan sama sekali. Pandangan kedua mengatakan bahwa adat itu merupakan warisan nenek moyang. Segala sesuatu yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Hasil budaya tersebut menjadi kekayaan umat Islam dan menjadi peradaban yang spesifik. Agama merupakan sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan struktur tata normatif dan tata sosial serta memahami dan menafsirkan dunia sekitar.

Sementara kebudayaan merupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan religiusitas, wawasan filosofis dan kearifan lokal (local wisdom). Agama maupun kebudayaan, keduanya memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan sesuai kehendak Tuhan dan kemanusiaannya.

Agama melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan, sedangkan kebudayaan mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa dinamis dalam kehidupannya. Keberadaan sistem agama yang melingkupi masyarakat, mengandung makna kolektivitas yang saling memberi pengaruh terhadap tatanan sosial keberagamaan secara totalitas, namun tidak dapat dipandang sebagai sistem yang berlaku secara abadi di masyarakat.

Namun, terkadang dialektika antara agama dan budaya berubah menjadi ketegangan karena budaya sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran ilahiyat yang bersifat absolut. Agama secara teologis, merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah dan transendental. Sedangkan dari aspek sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan manusia. Dialektika agama dengan realitas kehidupan sejatinya merupakan realitas yang terus menerus menyertai agama sepanjang sejarahnya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nahl ayat 23 yang artinya "Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang yang musyrik."

Sejak awal kelahirannya, agama tumbuh dan berkembang dalam suatu kondisi yang tidak hampa budaya. Realitas dalam kehidupan ini, memiliki peran yang cukup signifikan dalam mengantarkan ilmu agama menuju perkembangannya yang aktual sehingga sampai pada suatu peradaban yang mewakili dan diakui oleh masyarakat dunia. Keanekaragaman budaya lokal merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah.

Keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya.

Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk yang lain. Berpijak pada keragaman budaya di sejumlah daerah tersebut maka munculah kesatuan budaya yang disebut budaya nasional, yang pada dasarnya digali dari kekayaan budaya lokal. Budaya lokal merupakan nilai-nilai lokal hasil budidaya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu.

Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat. Karena itu, pada dasarnya setiap komunitas masyarakat memiliki budaya lokal (local wisdom), ini terdapat dalam masyarakat tradisional sekalipun terdapat suatu proses untuk menjadi pintar dan berpengetahuan (being smart and knowledgeable). Budaya lokal berisi berbagai macam kearifan lokal (pengetahuan lokal) yang digunakan oleh kelompok manusia menyelenggarakan penghidupannya.

Disinilah makna dan peran penting studi keagamaan di Perguruan Tinggi Islam khususnya untuk melakukan progresif untuk menata ulang perannya sebagai kekuatan studi Islam. Tidak hanya dalam tataran simbolistik belaka, tetapi yang sangat urgen harus menjadi agen terdepan mengawal segala bentuk arus perubahan budaya lokal masyarakat dalam berbagai dimensinya. Lebih daripada itu, harus terejawantahkan ke dalam pola pemikiran yang inklusif dan eksklusif dalam memandang realitas empiris yang mengitari kehidupan sosial-keagamaan.


Nurul Badriah/Vokaloka

Sambut Idul Adha, Penjual Hewan Kurban Kian Ramai

Menjelang Idul Adha, penjual hewan kurban memang biasanya menjadi lebih ramai. Idul Adha, juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari raya yang penting dalam agama Islam. Pada hari ini, umat Muslim yang mampu dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan.

Kenaikan jumlah penjual hewan kurban menjelang Idul Adha adalah hal yang wajar karena permintaan akan hewan kurban meningkat pada saat ini. Banyak orang yang memilih untuk membeli hewan kurban dari penjual khusus yang menawarkan berbagai jenis hewan seperti sapi, kambing, atau domba.

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan kesadaran akan kesejahteraan hewan kurban. Oleh karena itu, penting bagi penjual hewan kurban untuk memastikan bahwa hewan-hewan yang mereka jual diperlakukan dengan baik sebelum, selama, dan setelah proses penyembelihan. Pemerintah dan lembaga terkait juga memiliki aturan dan regulasi yang harus diikuti oleh penjual hewan kurban guna memastikan proses kurban berlangsung dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan.

Dalam hal ini, penting bagi pembeli hewan kurban untuk memilih penjual yang terpercaya dan menjalankan praktik kurban yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan kesejahteraan hewan. Sebaiknya, perhatikan kondisi fisik hewan, bagaimana mereka dirawat, dan pastikan proses penyembelihan dilakukan secara humanis.


M.Firman Hakiki/Vokaloka

Islamisasi Ilmu dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Islamisasi ilmu adalah sebuah konsep yang mengusulkan integrasi antara pengetahuan dan nilai-nilai Islam ke dalam berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini menekankan pentingnya memahami dan menerapkan pandangan Islam dalam konteks ilmiah dan akademis. Dalam perspektif filsafat ilmu, islamisasi ilmu dapat dilihat sebagai upaya untuk memperluas wawasan dan menghadirkan perspektif yang lebih inklusif dalam pengembangan pengetahuan.

Filsafat ilmu memiliki fokus pada metode dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Dalam konteks ini, islamisasi ilmu mempertimbangkan bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat memberikan landasan yang lebih komprehensif dalam proses penemuan, pemahaman, dan penggunaan ilmu pengetahuan. Hal ini melibatkan interpretasi dan aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses ilmiah.

Namun, dalam melaksanakan islamisasi ilmu, penting untuk memperhatikan beberapa hal. Pertama, islamisasi ilmu harus dilakukan dengan pendekatan yang akademis dan ilmiah. Ini berarti bahwa pemahaman terhadap sumber-sumber Islam harus dilakukan dengan cermat dan kritis, serta diintegrasikan dengan metode ilmiah yang ada. Kedua, islamisasi ilmu tidak boleh mengabaikan keragaman dan kompleksitas dalam dunia ilmiah. Pendekatan ini harus mengakui kontribusi dari berbagai tradisi intelektual dan mempromosikan dialog antara mereka.

Penting juga untuk menyadari bahwa filsafat ilmu memiliki sifat dinamis dan terus berkembang. Oleh karena itu, islamisasi ilmu harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tantangan yang dihadapi dalam dunia ilmiah modern. Dalam konteks ini, penting untuk menjaga keterbukaan, inovasi, dan kebebasan akademik dalam memperoleh pengetahuan.

Secara keseluruhan, islamisasi ilmu dalam perspektif filsafat ilmu dapat dianggap sebagai upaya untuk menggabungkan pengetahuan Islam dengan prinsip-prinsip dan metode ilmiah. Dalam melaksanakannya, penting untuk memperhatikan keakademisan, inklusivitas, dan adaptabilitas. Dengan pendekatan yang tepat, islamisasi ilmu dapat menjadi sumber inspirasi dan kontribusi berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara menyeluruh.

Proses islamisasi ilmu sering kali menjadi subyek debat dan interpretasi yang beragam. Beberapa pendukung islamisasi ilmu percaya bahwa integrasi nilai-nilai Islam dalam ilmu pengetahuan adalah cara yang efektif untuk membangun fondasi yang kuat dan memberikan arah moral yang jelas dalam penelitian dan pengembangan ilmiah. Mereka berpendapat bahwa islamisasi ilmu membawa perspektif etika yang lebih dalam, memperkuat keterkaitan antara agama dan kehidupan sehari-hari, serta menghasilkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang alam semesta.

Namun, ada juga kritik terhadap konsep islamisasi ilmu. Beberapa orang berpendapat bahwa islamisasi ilmu dapat membatasi kebebasan berpikir dan pembangunan ilmiah yang mandiri. Mereka mengkhawatirkan bahwa pendekatan ini dapat menghasilkan proses selektif dalam penelitian dan pendidikan, yang lebih didasarkan pada kepercayaan agama daripada pada analisis objektif dan kritis. Pihak-pihak yang skeptis juga menyoroti risiko penggunaan dogma atau penafsiran sempit terhadap ajaran Islam, yang dapat mempengaruhi objektivitas dan pluralitas dalam penelitian ilmiah.

Penting untuk diingat bahwa filsafat ilmu mengedepankan prinsip-prinsip seperti kebebasan berpikir, keragaman pendekatan, dan otonomi akademik. Oleh karena itu, dalam konteks islamisasi ilmu, perlu dijaga keseimbangan antara integrasi nilai-nilai Islam dengan prinsip-prinsip dasar filsafat ilmu yang menghargai kebebasan berpikir dan metode ilmiah yang terbuka.



Novi Nurhikmah/Vokaloka


Antara Flexing dan Personal Branding

VOKALOKA.COM - Manusia di era digital dalam setiap harinya tidak bisa luput dari media sosial. Seolah media sosial menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia saat ini. Media sosial menjadi wadah untuk saling berbagi informasi dengan bentuk yang lebih praktis, tetapi dalam media sosial sering juga menjadi tempat pamer bagi sebagian besar orang. Fenomena ini biasa disebut flexing.

Belakangan ini, muncul isu mengenai perbuatan flexing yang dilakukan oleh putra pejabat. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap normalitas kekayaan yang dimiliki oleh seorang pejabat. Selain itu, flexing sudah ramai dilakukan oleh para influencer, baik di media sosial atau platform lainnya. Bahkan saat ini masyarakat umum juga ikut sebagai pelaku dalam hal tersebut.

Flexing dilakukan dengan tujuan tertentu, misalnya untuk menunjukkan status atau derajat sosialnya, menunjukkan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki, hingga memberikan kesan baik bagi orang lain. Menurut pakar bisnis Rhenald Kasali, flexing banyak digunakan sebagai strategi pemasaran. "Walaupun flexing jadi salah satu strategi marketing yang dilakukan untuk menarik konsumen, tetapi masih banyak strategi lain yang jauh lebih baik dibanding flexing berlebihan," kata Rhenald.

Pernyataan di atas menyebutkan bahwa flexing sebagai strategi pemasaran, akan tetapi ada istilah lain yang lebih tepat untuk digunakan dalam hal tersebut. Personal branding merupakan praktek untuk memberikan label atau ciri khas bagi diri sendiri atas suatu pencapaian dan karir yang dimiliki. Kedua istilah tersebut, yakni flexing dan personal branding memang memiliki kemiripan, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Berikut adalah perbedaan antara flexing dan personal branding.

Pertama, flexing memiliki konotasi negatif. Perbuatan flexing dapat menimbulkan sifat iri, sehingga banyak orang membandingkan kehidupan realitanya dengan kehidupan yang dimiliki oleh pelaku flexing. Sedangkan personal branding berkonotasi terbalik. Personal branding dilakukan untuk menumbuhkan motivasi dari orang lain dan memperkenalkan diri sesuai dengan yang ditampilkan.

Kedua, pelaku flexing ingin menampilkan apapun, bahkan sesuatu yang bukan milik pelaku. Pelaku flexing cenderung haus akan validasi dari orang lain. Bahkan untuk mendapatkan validasi dari orang lain, pelaku flexing rela untuk mengakui sesuatu yang bukan dimilikinya dan tidak sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan personal branding hanya menampilkan sesuai dengan yang dimiliki secara apa adanya.

Ketiga, dari kacamata Islam flexing dihukumi haram. Flexing dalam hal ini menjadi salah satu bentuk dari perbuatan takabbur, yang mana takabbur merupakan salah satu perbuatan tidak terpuji.

Demikian perbedaan antara istilah flexing dan personal branding. Pada intinya flexing dan personal branding memiliki tujuan yang berbeda. Flexing bertujuan untuk mendapatkan pengakuan atau validasi dari orang lain. Sedangkan personal branding bertujuan untuk memberikan label terhadap diri sendiri atas suatu hal yang dicapai. Meskipun demikian, keduanya tetap memiliki kesamaan, yaitu sama-sama untuk menunjukkan suatu hal kepada khalayak.


Naswa N/Vokaloka

Pro dan Kontra LGBT, Open-Minded vs Close-Minded kah?

VOKALOKA.COM - LGBT merupakan bentuk penyimpangan seksualitas. Suatu perilaku menyimpang baik dari kacamata agama, moral, norma, bahkan kultur asli bangsa Indonesia. Perlu digarisbawahi bahwa penulis berusaha untuk objektif sehingga sesuatu yang dinilai menyimpang di sini kemudian dianggap "salah" atau "tidak dibenarkan adanya"  ialah perilakunya, yakni perilaku LGBT bukan pelaku.

Setiap perilaku menyimpang lahir dari adanya tendensi-tendensi yang bersumber dari sebuah pemikiran. Pemikiran tersebut kemudian diperkuat dengan adanya keyakinan pada  diri seseorang atau inner. Pemikiran bahwa sah-sah saja bagi seseorang untuk menyukai sesama jenisnya. Atau bahkan berhak untuk mengekspresikan identitas seksualnya meskipun itu berbeda dengan seksualitas lahirnya (transgender) pada kelompok LGBT. Pasti ada sebuah keyakinan dalam diri pelaku LGBT bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar, normal, wajar, bahkan sampai pada tahap keyakinan bahwa perilaku tersebut memang sudah dari sananya, born this way?.

Tak cukup sebatas kepentingan pribadi rupanya pelaku LGBT juga kian terang-terangan mengaku dirinya sebagai homoseksual atau LGBT terlebih di sosial media. Begitu pula mereka yang pro terhadap LGBT. Berdalih atas nama kesetaraan dalam keberagaman dan HAM, dianggapnya sungguh tidak mencerminkan sikap open-minded bagi mereka yang menyatakan kontra atau berbeda sudut pandang.

Close-minded, diskriminasi HAM, sampai keluarnya istilah "mabok agama" dilekatkan bagi mereka yang bertentangan. Lalu, bukankah tindakan menilai seseorang tidak open-minded hanya karena berbeda sudut pandang adalah bentuk dari ketidak-open minded-an itu sendiri?

Tokoh sosiologi Indonesia, Soerjono Soekamto menyebutkan bahwa perilaku menyimpang adalah penyakit sosial. Dianggap "penyakit" karena tindakan-tindakan tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma-norma umum, adat istiadat, dan tidak dapat diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum.

LGBT bukan kultur asli bangsa Indonesia melainkan budaya pemikiran dari luar yang kini kian masif disebarluaskan oleh aktivis HAM-liberal terutama dari negara-negara di eropa. Tak dapat dipungkiri kita seringkali dengan mudahnya menerima dan mengambil ide, gagasan, atau nilai-nilai baru dari pemikiran orang bangsa Eropa. Tidak pernah benar-benar diketahui apakah pemikiran bahwa adanya LGBT itu normal dan sah-sah saja sedangkan yang bertentangan dianggap tidak open-minded itu sepenuhnya benar. Bisa saja hal tersebut hanyalah sebuah kamuflase semata. Sebuah pemikiran yang dipaksakan masuk agar dapat diterima dengan berperisai kata "open-minded".

Pentingnya memahami betul apa yang menjadi fitrah manusia. Apabila hari ini kita menormalisasi seseorang menyukai sesama jenisnya dan menganggap wajar sesuatu yang sebenarnya salah dan dosa. Maka, tidak menutup kemungkinan di masa mendatang kita akan menganggap bahwa pembunuh dan pezina adalah kodrat. Mengenaskan, saat akal sehat ditinggalkan demi menormalisasikan kesalahan dan menjadi 'biasa' dengan dosa.


oleh : Naswa N

Sampah dan Konsumerisme Masyarakat Kapitalistik, Bagaimana Solusi Islam?


VOKALOKA - Sampah selalu menjadi topik permasalahan di Indonesia yang tak kunjung usai. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat pada tahun 2021 total sampah nasional mencapai 68,5 juta ton. Diketahui angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, dalam hal ini setara dengan 187.671 populasi sampah yang dihasilkan oleh 273,8 juta penduduk setiap harinya.

Berbagai upaya pun telah dikerahkan, berharap bisa meminimalisir lonjakan sampah tiap tahunnya. Mulai dari teknologi pengolahan sampah, gerakan membawa kantong belanja, penggunaan tumblr, hingga mendaur ulang limbah kemasan. Akan tetapi, realitanya produksi sampah masih tetap meningkat. 

Apabila dicermati, penanganan problem sampah hanya sampai pada antisipasi dampak, bukan menangani dari akar masalahnya. Faktanya, gaya hidup konsumtif masyarakat yang menjadi akar masalah sampah. Perilaku tersebut senantiasa di pupuk dalam sistem kapitalisme. Selama mindset ini tidak di luruskan, maka tidak heran jika problem sampah tidak dapat terselesaikan. 

Mindset kapitalisme yaitu meraih kepuasan materi sebesar-besarnya. Mereka tidak memisahkan antara keinginan dan kebutuhan, pada akhirnya hanya akan menuntut pada pemenuhan kepuasan. Hal inilah yang akan menuntun mereka kepada perilaku konsumtif. Maraknya sejumlah masyarakat yang terjebak sistem kapitalisme secara tidak langsung memberikan sumbangan produksi sampah atas tindakannya. 

Islam memiliki mekanisme khusus dalam menagani problem sampah dan perilaku konsumtif. Namun, solusi ini hanya akan terlaksana jika ada institusi yang mengaplikasikan Islam dalam segala aspek kehidupannya. 

Pertama, Islam memang tidak melarang konsumsi serta mendorong produktivitas individu dalam mendapatkan harta. Namun, disamping itu Islam juga menganjurkan untuk memiliki gaya hidup sederhana. Sehingga Islam mengajarkan untuk mengonsumsi barang sesuai kebutuhan serta melarang menumpuk suatu barang atas dasar keinginan tanpa adanya pemanfaatan. Hal ini dikhawatirkan setiap pemanfaatan barang yang dimiliki akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. 

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Waqi'ah [56]: 41-45, yang artinya:
"Golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih. Dan naungan asap hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup berfoya-foya atau bermewah-mewah."

Kedua, kesehatan sebagai hak asasi yang wajib dijamin oleh negara. Hal ini perlu ditekankan agar pemerintah lebih peduli lagi dengan kesehatan masyarakat yang tinjau melalui pengelolaan sampah dengan bijak. Dengan begitu, negara akan mengupayakan penyediaan infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai di setiap wilayahnya. Negara juga berupaya mengerahkan seorang ilmuan yang berinovasi menciptakan alat pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Negara juga akan mengedukasi setiap lapisan masyarakat untuk saling bahu membahu dalam menjaga kebersihan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. 

Dengan demikian, apapun yang menjadi problematika kehidupan pada akhirnya akan kembali kepada ranah Islam, termasuk dalam hal penanganan sampah dan perilaku konsumtif sekalipun. Sebab, hanya Islam lah yang dapat memberikan solusi yang terbaik dan sudah sepatutnya kita sebagai umatnya agar dapat mengkaji Islam secara mendalam serta mengaplikasikannya di tengah masyarakat. 


Nisa Fadhilah/Vokaloka

Pengaruh Tren Media Sosial TikTok di Generasi Milenial

Zaman sekarang orang tidak mudah terlepas dari yang namanya media sosial. Media sosial sudah menjadi makanan sehari-hari semua kalangan, Salah satu media sosial yang banyak digandrungi yaitu Tiktok. Aplikasi tiktok memang sedang popular di masyarakat yang berdominan para generasi milenial. Aplikasi ini berhasil menarik perhatian dari masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai kalangan dan usia.

Fitur yang terdapat di dalam TikTok antara lain mencakup sebagai hiburan, digital marketing, informasi, dan lain lain sebagainya. Untuk menarik perhatian dan pengguna media ini, TikTok mengeluarkan berbagai fitur yang cukup menarik. Fitur dari aplikasi ini yang dapat digunakan oleh penggunanya antara lain adalah musik, stiker, efek, pengubah suara, filter, dan yang lain sebagainya. Fitur dan fungsi aplikasi TikTok yang terbilang cukup banyak ini membuat aplikasi ini termasuk dalam lima aplikasi teratas di google play store dan app store.

Aplikasi inipun tak hanya mengandalkan fungsi dan fitur yang mereka punya saja. Aplikasi ini juga mengajarkan dan mengasah kita supaya mempunyai jiwa yang kreatif dan inovatif. Sifat inilah yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia terlebih lagi pada generasi milenial. Generasi milenial saat ini akan menggunakan berbagai cara sekreatif mungkin untuk membuat konten TikTok yang berbeda dari yang lain.

Namun dalam aplikasi tiktok ini sangat mempengaruhi penggunanya baik dampak positif maupun dampak negatif. Tak dipungkiri dampak negatif TikTok juga turut menyertai seiring dengan kebebasan pengguna dan pemakainya, adapun beberapa sisi negatif dari penggunaan TikTok. Seperti, Secara tidak langsung, tiktok menjadi penyebab Generasi Milenial untuk suka bergoyang ria. Membuat video yang tidak sewajarnya, bahkan tidak hanya remaja saja mereka melibatkan anak-anak kecil dalam pembuatan video tiktok demi respon yang banyak dari netizen. Terdapat banyak video yang tidak pantas menjadi contoh yang tidak baik bagi perilaku Generasi Milenial dan anak jaman sekarang. Seseorang menjadi terlalu kreatif demi video yang lucu dan menarik sehingga tidak mampu menilai mana yang pantas dan mana yang tidak.

Selain dampak negatif yang ditimbulkan dari fenomena Tikok, terdapat juga dampak positif dari penggunaan aplikasi TikTok seperti munculnya edukasi-edukasi baru dan luas yang didapatkan. Dengan menggunakan aplikasi TikTok, semua orang dapat mempelajari banyak hal baru dari konten yang diperoleh dari video pendek dan teks yang ditampilkan, sehingga orang yang malas membaca teks panjang akan menganggap TikTok menarik. Tampilan ringkas meningkatkan minat mendengarkan. Konten TikTok yang berhasil viral berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi yang dihasilkan. Dapat menambah teman, meningkatkan hubungan antara semua orang dan komunitas, dan pendapatan yang diperoleh dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan sehari-hari. Masih banyak video-video yang bermanfaat dalam aplikasi TikTok seperti tutorial memasak, cara menyelesaikan soal-soal, cara berjualan, dan masih banyak lagi video yang menginspirasi pengguna TikTok.

Segala perkembangan di era teknologi dan informasi akan memberikan dampak, termasuk penggunaan aplikasi TikTok, dan hal ini tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif, pengguna harus menggunakannya dengan pintar dan rasa tanggung jawab agar tidak terjatuh pada hal yang negatif. Selain itu, saat menggunakan aplikasi TikTok, pengguna harus melakukan pengendalian diri agar dapat menggunakannya dengan lebih nyaman dan tidak memberikan efek kecanduan. Kedepannya, pengembang aplikasi TikTok juga dapat mengevaluasi dampak positif dan negatif dari aplikasi mereka, sehingga aplikasi ini bisa sangat berguna untuk semua kelompok umur.



Oleh: Muthi Muthmainah


Menyambut Idul Adha 1444 H, Simak Amalan Sunnah yang Bisa Umat Islam Laksanakan


Idul Adha merupakan hari raya umat Islam yang dilaksanakan setiap bulan Zulhijah. Pada hari raya Idul Adha atau hari raya kurban ini, terdapat amalan sunnah yang dapat dilakukan sebagai penyempurna ibadah.

Amalan sunnah di Hari Raya Idul Adha memiliki keutamaan daripada waktu-waktu lain karena Allah Swt. menyukai amalan baik yang dikerjakan pada hari Idul Adha.

Rasulullah saw. dalam sebuah hadis pernah menyampaikan tentang keutamaan Hari Raya Idul Adha, berikut hadisnya:

عَنْ َأبِي هُرَيْرَة: َأنَّ رَسُوْل اللهِ صلى الله عليه وسلم قال : مَنْ كَانَ لهُ سَعَة وَلمْ يَضَحْ فَلا يَقْربَنَّ مُصَلَّانَا (رواه احمد وابن ماجه)

Artinya: "Dari Abu Hurairah, "Rasulullah SAW telah bersabda, barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami," (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Salah satu amalan yang umum dilakukan saat menyambut Idul Adha adalah penyembelihan hewan kurban. Ini adalah tindakan yang dilakukan untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan anakya Ismail sebagai tanda ketaatan kepada Allah.
Sementara bagi beberapa orang, penyembelihan hewan kurban mungkin dianggap sebagai praktik yang kontroversial, bagi sebagian besar umat Muslim, ini merupakan simbol pengorbanan, berbagi, dan pemberian kepada mereka yang membutuhkan.

Setidaknya terdapat 5 amalan sunnah yang bisa dilakukan umat Islam untuk mendapatkan rahmat Idul Adha, yakni:

1. Mengumandangkan Takbir
Umat Islam disunnahkan untuk mengumandangkan takbir di mana pun seperti masjid, musala, hingga di rumah pada malam Hari Raya Idul Adha dari terbenamnya matahari hingga imam naik ke mimbar untuk berkhutbah. Kumandang takbir juga dapat dilakukan hingga tanggal 13 Zulhijah pada hari tasyrik.

2. Berjalan kaki menuju salat Idul Adha
Untuk menuju tempat sholat sebaiknya dilakukan dengan cara berjalan kaki dan dianjurkan untuk berangkat lebih awal agar mendapatkan shaf terdepan.

3. Makan setelah salat Idul Adha
Disunnahkan untuk makan setelah melaksanakan salat Idul Adha. Berbeda dengan Idul Fitri, dianjurkan makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat.

4. Bersedekah
Memberikan sumbangan atau sedekah kepada yang membutuhkan, seperti anak yatim, fakir miskin, atau dhuafa. Ini mencerminkan semangat kepedulian dan empati yang dianjurkan dalam Islam.

5. Mengenakan pakaian bersih dan terbaik
Mengenakan pakaian terbaik, bersih, dan suci untuk berangkat menunaikan ibadah salat Idul Adha.

Dalam menyambut Idul Adha, penting juga untuk dingat bahwa semangat perayaan ini adalah tentang menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah dan sesama manusia. Oleh karena itu, sikap yang penuh dengan rasa syukur, kerendahan hati, pengampunan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan etika sangatlah penting.

Demikianlah amalan sunnah Idul Adha yang bisa kita terapkan dalam menyambut Hari Idul Adha 1444 H. Amalan ini mencerminkan nilai-nilai keagamaan, kepedulian, dan semangat kebersamaan umat Muslim.


Oleh: Nusyaibah Iskandar

Pengaruh Media Sosial pada Maraknya Kasus Kesehatan Mental


VOKALOKA.COM - Media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap maraknya kasus kesehatan mental. Meskipun media sosial dapat memberikan manfaat seperti komunikasi yang mudah dan akses informasi yang luas, ada beberapa dampak negatif yang dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental.

Pertama, media sosial dapat menyebabkan perasaan kurangnya diri dan rendahnya harga diri. Banyak orang cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan gambaran sempurna yang diposting orang lain di media sosial. Hal ini dapat memicu perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan menciptakan tekanan untuk mencapai standar yang tidak realistis.

Kedua, media sosial dapat menyebabkan isolasi sosial dan kecanduan. Beberapa orang menghabiskan banyak waktu mereka terlibat dalam aktivitas media sosial, seperti memeriksa dan memperbarui profil mereka secara terus-menerus. Ini dapat mengganggu interaksi sosial langsung dan mengisolasi individu secara emosional, menyebabkan perasaan kesepian dan depresi.

Ketiga, penyebaran konten yang merugikan dan bullying online dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mental. Perundungan cyber atau penghinaan online dapat menyebabkan stres kronis, rasa malu, dan depresi pada individu yang menjadi sasaran. Selain itu, berita palsu dan informasi yang tidak akurat yang tersebar di media sosial dapat memperburuk kecemasan dan kebingungan yang berkaitan dengan kesehatan mental.

Untuk mengatasi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental, diperlukan kesadaran dan edukasi yang lebih baik tentang penggunaan yang bertanggung jawab. Individu perlu mengembangkan kesadaran diri tentang pengaruh media sosial pada kesejahteraan mereka dan mengambil langkah-langkah untuk mengelola waktu mereka secara seimbang antara kehidupan online dan offline. Selain itu, perlu adanya tindakan dari pihak platform media sosial itu sendiri untuk membatasi penyebaran konten berbahaya dan menyediakan sumber daya yang lebih baik untuk mendukung kesehatan mental pengguna.



Oleh: Nusyaibah Iskandar

Gawat! Indonesia Darurat Literasi


VOKALOKA.COM - Lagi dan lagi isu yang kerap kali menerpa masyarakat Indonesia sudah menjadi bahan perbincangan yang tidak perlu diperdebatkan, lantaran melihat fakta di lapangan yang memang sesuai dengan apa yang di isukan. Mungkin sebagian kalangan masih menganggap asing terhadap istilah literasi karena adanya keterbatasan pemahaman dalam mengetahui hal tersebut. Singkatnya, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. 

Pernyataan yang menyinggung rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia tampaknya tidak terlalu berlebihan apabila berkaca terhadap kebiasaan masyarakat Indonesia yang enggan menjadikan budaya membaca sebagai bagian dari aktivitas rutin. Masyarakat Indonesia masih terpaku dengan budaya lisan alias mengobrol yang menjadi kebiasaan pada saat berada di mana pun. 

Berdasarkan kajian UNESCO pada tahun 2012 menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Maksudnya, hanya ada 1 dari 1000 orang yang memiliki ketertarikan dalam membaca buku maupun media cetak.  Hal ini disebabkan kuatnya pengaruh keberadaan New Media yang menjadikan masyarakat Indonesia mendapatkan kategori sebagai pengguna sosial media paling tinggi di dunia.

Rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia tidak boleh diabaikan begitu saja karena dampaknya akan semakin buruk untuk kedepannya sebagai salah satu ciri peradaban modern. Beberapa negara maju seperti Jepang dan korea Selatan masih menerapkan budaya membaca sebagai kegemaran masyarakat dalam memulai aktivitasnya. Sepatutnya, Indonesia sebagai negara berkembang harus berpacu terhadap keberhasilan negara lain dalam membangun peradaban melalui kebiasaan membaca. 

Sekali lagi, Indonesia saat ini mengalami darurat literasi. Jangan sampai budaya membaca di kalangan masyarakat Indonesia semakin menurun seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Perlunya mengambil langkah yang nyata dengan pemikiran yang tepat untuk meminimalisir agar krisis ini tidak semakin parah. Diluncurkannya Gerakan Literasi sebagai langkah awal dari upaya pemerintah untuk mengatasi darurat literasi. Perlahan tapi pasti, pemerintah dan pegiat literasi akan terus menyuarakan gerakan ini demi berjalannya budaya literasi masyarakat. 

Sebagian masyarakat Indonesia masih berpikir budaya membaca identik dengan tugas seorang pelajar, mahasiswa atau praktisi pendidikan pada umumnya. Padahal aktivitas membaca sebagai hal positif yang memberikan banyak manfaat bagi semua orang. Statement seperti ini yang musti di tanamkan terhadap lingkungan dan masyarakat Indonesia secara bertahap. Untuk mendukung hal tersebut, harus pula diimbangi dengan disediakannya fasilitas yang mendukung keberhasilan dalam mengembangkan budaya baca di Indonesia diantaranya dengan mendirikan taman bacaan, perpustakaan, bazar buku, dan sebagainya.

Melalui adanya gerakan literasi secara masif, diharapkan adanya krisis literasi masyarakat Indonesia saat ini bisa berangsur membaik, serta menjadikan bangsa Indonesia yang mempunyai tingkat literasi yang tinggi. Budaya literasi yang tinggi sebagai modal yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa terhadap IPTEK. 



Oleh: Nisa Fadhilah

Arti Penting dalam Moderasi Beragama

Sumber foto: https://peacegen.id/aop-gathering-pentingnya-moderasi-antar-agama/



Vokaloka.com - Moderasi beragama merupakan suatu pendekatan untuk mempertahankan kerukunan antar umat beragama dan mencegah konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama. Moderasi beragama mengajarkan bahwa setiap agama memiliki hak yang sama dan harus dihargai dengan baik.

Moderasi beragama dapat dicapai melalui pendidikan agama yang toleran dan menghormati perbedaan, dialog antar agama, dan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang dianut oleh agama lain. Hal ini sangat penting karena keberagaman agama adalah sebuah kenyataan yang tak dapat dihindari di masyarakat kita.

Penting juga untuk memahami bahwa moderasi beragama bukan berarti mengecilkan atau merendahkan keyakinan seseorang terhadap agamanya sendiri, tetapi justru mendorong seseorang untuk memperdalam dan memperkukuh keyakinannya serta menghormati keyakinan orang lain.

Melalui moderasi beragama, kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai di antara masyarakat yang beragam agama. Ini bukan hanya untuk kebaikan individu, tetapi juga bagi kepentingan bersama dan kemajuan bangsa.

Oleh karena itu, moderasi beragama harus menjadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari. Setiap orang harus menyadari pentingnya toleransi, saling menghargai, dan menghormati perbedaan yang ada. Dengan demikian, kita dapat menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera bersama di masyarakat kita yang beragam agama.




Oleh: Rafiq Albanajib

Dampak Besar Pancaroba



Vokaloka.com - Sebagai sebuah fenomena alam yang terjadi secara berkala, pancaroba selalu menimbulkan efek yang signifikan bagi kehidupan manusia dan ekosistem di sekitarnya. Tahun 2023 diprediksi akan mengalami pancaroba yang mungkin berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, mengingat perubahan iklim global yang semakin terasa.

Menurut saya, pancaroba 2023 mungkin akan membawa dampak yang lebih besar dibandingkan dengan pancaroba di tahun-tahun sebelumnya. Perubahan suhu dan pola hujan yang ekstrem dapat mempengaruhi berbagai sektor, seperti pertanian, perikanan, dan kesehatan manusia.

Pada sektor pertanian, pancaroba 2023 mungkin dapat menyebabkan gagal panen dan kelangkaan pangan di beberapa daerah. Sementara itu, perikanan juga mungkin terkena dampak yang serupa akibat perubahan suhu air laut dan pola migrasi ikan yang tidak terduga. Kesehatan manusia juga dapat terpengaruh akibat pancaroba, seperti meningkatnya kasus infeksi saluran pernapasan akibat perubahan suhu yang tiba-tiba.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi pancaroba 2023 dan dampaknya. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti dengan melakukan kampanye pengurangan emisi gas rumah kaca dan upaya penghijauan yang lebih intensif.

Dalam hal ini, pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya mitigasi dan adaptasi perlu ditingkatkan. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan pemantauan dan pengawasan yang ketat terhadap sektor-sektor yang berpotensi terdampak, seperti pertanian dan perikanan.

Secara keseluruhan, pancaroba 2023 mungkin akan membawa dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia dan ekosistem di sekitarnya. Namun, dengan kesiapsiagaan dan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, kita dapat meminimalkan dampak buruk dari pancaroba dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang lebih sulit akibat perubahan iklim global.




Oleh: Nusyaibah Iskandar

Sudah Saatnya, Masyarakat Modern Menjadi Penopang Bagi Keberlangsungan Zaman

Perkembangan teknologi yang cepat seiring dengan globalisasi telah mengakibatkan perubahan yang signifikan pada masyarakat modern. Masyarakat modern dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang telah mengadopsi teknologi modern dan hidup dalam arus informasi yang terus menerus.

Salah satu karakteristik masyarakat modern adalah kemajuan teknologi dan inovasi. Teknologi menyediakan kemudahan akses untuk mendapatkan informasi, mengakses mata uang kripto, bahkan memperluas jangkauan komunikasi. Dalam masyarakat modern, internet menjadi sarana penting dalam berkomunikasi dan memenuhi kebutuhan informasi.

Dalam masyarakat modern, terlihat pula adanya perubahan sosial. Perubahan sosial ini terjadi karena adanya pengaruh globalisasi yang memungkinkan komunitas dari berbagai belahan dunia untuk berinteraksi. Sebagai dampaknya, masyarakat modern memiliki perspektif yang lebih terbuka dan toleran dalam menghadapi perbedaan. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat modern juga memandang bahwa kesetaraan gender dan hak asasi manusia sebagai prinsip utama.

Masyarakat modern juga menjunjung tinggi nilai pragmatisme. Nilai ini mengacu pada pendekatan yang berfokus pada manfaat atau kegunaan yang dapat dihasilkan. Contohnya, keunggulan produk dibandingkan dengan nilai-nilai tradisional sebagai alasan utama mengapa kita memilih suatu produk.

Dalam masyarakat modern, gaya hidup dan budaya pun turut berubah. Budaya dan nilai yang dianut sebelumnya berubah secara drastis, terutama dalam hal pemikiran dan perubahan gaya hidup. Masyarakat modern cenderung menganggap bahwa memiliki barang-barang material menjadi penting untuk menunjukkan status sosial. Alasan inilah yang membuat konsumsi menjadi lebih fokus dari pada nilai-nilai sosial.

Masyarakat modern juga memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya. Terutama dalam hal pekerjaan dan pendidikan. Banyak orang yang lebih memilih untuk mengambil jalur pendidikan tertentu karena peluang kerja yang lebih banyak dan gaji yang lebih tinggi. Seringkali, nilai-nilai tradisional seperti gotong royong dan rela membantu serta takut akan melanggar norma social juga mulai mengalami penurunan.

Tidak hanya itu, masyarakat modern juga dihadapkan pada tantangan dalam hal kesehatan. Misalnya, masyarakat mengenal pola hidup yang tidak sehat, mulai dari konsumsi makanan cepat saji, kecanduan gadget, dan kurang aktif berolahraga. Masyarakat harus memahami bahwa pentingnya menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga, memperhatikan pola makan dan istirahat yang cukup.

Dalam keseluruhan, masyarakat modern dapat dilihat sebagai konsep yang penuh dengan perubahan yang cepat. Namun, sebagai masyarakat modern, kita juga dituntut untuk memiliki persepsi yang lebih luas dan inklusif serta melakukan refleksi pada semua perubahan yang terjadi. Penting bagi kita untuk beradaptasi dengan pola hidup yang sehat, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.




Rafiq Albanajib/Vokaloka

Home Sick bagi Anak Rantau di Bulan Ramadan



Vokaloka.com - Ramadan adalah bulan penuh rahmat, ampunan, serta keberkahan. Walaupun harus menahan lapar, haus, serta amarah, seluruh umat Islam di dunia sangat menanti dan menunggu serta menyambut dengan antusias bulan ini. Setiap orang pasti memiliki keinginan yang besar untuk menghabiskan Ramadhan kali ini bersama keluarga tercinta. 


Namun sayangnya, banyak dari mereka yang tidak bisa berpuasa di bulan Ramadhan bersama keluarga. Misalnya mahasiswa yang menjadi pejuang dalam belajar. 


“Kalau pas selain bulan puasa itu, bisa loh kaya home sick itu jarang banget gitu kan. Nah tapi pas di bulan puasa itu baru sehari dua hari itu kaya tinggalin rumah itu kaya udah kangen gitu kan apalagi kalau awal puasa nya itu di rumah dulu. Jadi kaya waktu waktu yang biasanya bantuin masak terus siap siap, taraweh bareng, sholat bareng itu kan jadi kaya kangen banget gitu” ujar Anggi Baeduri merupakan salah satu mahasiswa di UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Sebagaimana yang dikatakan Ali bin AbiThalib bahwa seseorang yang memiliki cukup ilmu akan merasakan dimuliakan dan sementara mereka yang tidak memiliki ilmu akan merasakan tercela dan hal tersebut akan membuat seseorang merasa bodoh.Menuntut ilmu ke daerah yang jauh dari kampung halaman bukanlah suatu hal yang dapat menjadi penghalang.


"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkan ke jalan menuju Surga”. (HR.Tirmudzi).


Ada beberapa kelebihan yang dialami mahasiswa perantauan di Bulan Ramadhan:

Pertama, Berbuka puasa dengan kawan. Setiap orang pasti berkeinginan berbuka puasa bersama keluarga. Akan tetapi jarak yang menjadi pemisah. Meskipun saat berbuka tidak dapat berkumpul bersama, keluarga, setidaknya berbuka bersama kawan-kawan seperjuangan menjadi pilihan yang utama dilakukan.


Kedua, dalam melakukan shalat terawih, mahasiswa perantauan melaksanakannya bersama-sama. Hal keramaian yang dirasakan seperti berada di kampung halaman sendiri.


Ketiga, Dapat melakukan mudik ke kampung halaman dengan kawan seperjuangan. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat ditunggu setiap mahasiswa pastinya. Hari lebaran menjadi hari kemenangan bagi setiap orang yang menyambutnya dengan berbagai cara.



Pasha Salsabila/Vokaloka

Kurangnya Nasionalime Menjadi Kekhawatiran Bagi Penerus Bangsa Kedepannya

Vokaloka.com - Kurangnya kesadaran terhadap bangsa Indonesia menjadi salah satu isu penting yang harus diatasi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Masalah ini terjadi karena banyaknya faktor, seperti rendahnya kualitas pendidikan, kurangnya pengenalan sejarah dan budaya Indonesia, serta kurangnya rasa kepedulian dan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

Pada era modern dan globalisasi saat ini, orang cenderung terjebak dalam kesibukan dan kehidupan yang sibuk, hingga membuat kita kehilangan nilai-nilai kebangsaan dan budaya Indonesia. Beberapa orang menganggap bahwa nilai-nilai kebangsaan dan kecintaan terhadap bangsa tidak lagi penting dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal, kesadaran terhadap bangsa Indonesia sangat penting untuk membentuk dan mempertahankan identitas dan karakter sebagai warga negara Indonesia. Tanpa kesadaran dan rasa kepedulian terhadap bangsa, kita akan kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia dan tidak memiliki tujuan yang jelas dalam membangun negara.

Kurangnya kesadaran terhadap bangsa juga berdampak pada kualitas kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama warga negara menjadi menurun, sehingga mudah terjadi perpecahan dan konflik sosial. Selain itu, kurangnya kesadaran terhadap tanggung jawab sebagai warga negara juga dapat memperburuk kondisi lingkungan dan sosial di sekitar kita.

Untuk meningkatkan kesadaran terhadap bangsa Indonesia, perlu dilakukan upaya yang terus-menerus, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
Peningkatan kualitas pendidikan dengan menambahkan materi sejarah dan budaya Indonesia pada kurikulum.

  • Meningkatkan peran media massa dalam mempromosikan nilai-nilai kebangsaan dan budaya Indonesia.
  • Mendorong kegiatan-kegiatan sosial dan kegiatan yang mempererat rasa persaudaraan antar warga negara.
  • Mengadakan kampanye dan acara yang meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan budaya lokal.
  • Meningkatkan rasa kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial di sekitar kita.

Dengan meningkatkan kesadaran terhadap bangsa Indonesia, kita dapat memperkuat identitas dan karakter sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung jawab dan membangun negara. Hal ini juga dapat memperkuat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sosial dan politik di Indonesia, serta membantu memperbaiki kondisi lingkungan dan sosial di sekitar kita.



Rafiq Albanajib/Vokaloka