Dalam Rangka Rampungnya Perbaikan Jalan Masyarakat Adakan Syukuran dan Makan Bersama
Puskesmas Lakukan Proses Cek Kesehatan Untuk Calon Anggota KPPS 2024
Keunikan Arsitektur dari Desain Masjid Raya Sumatera Barat
Bagi umat muslim, masjid adalah tempat untuk beribadah. Masjid dipenuhi oleh orang-orang yang beragama Islam saat adzan berkumandang untuk melaksanakan salat berjama'ah. Selain sebagai tempat beribadah, masjid juga sering digunakan sebagai tempat untuk belajar, seperti mengaji, dan berbagi pengetahuan agama. Masjid biasanya dibangun dengan cara yang unik dan nyaman; hal ini tidak hanya menjadi daya tarik, tetapi juga dapat menjaga kenyamanan.
Masjid Agung Sumatera Barat adalah salah satu masjid di Indonesia yang memiliki ciri khas arsitektural. Masjid ini terletak di Jalan Chatib Sulaiman, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, dan menarik karena tidak memiliki kubah seperti masjid biasa. Bangunan masjid ini terdiri dari tiga lantai yang masing-masing digunakan untuk berbagai tujuan.
Bangunan masjid ini terdiri dari tiga lantai yang masing-masing digunakan untuk berbagai tujuan. Masjid ini memiliki bentuk persegi lancip dengan empat penjuru, mengingatkan pada bentuk kain yang digunakan oleh empat kabilah Quraisy di Mekkah. Selain itu, bentuk ini menggambarkan atap bergonjong dari rumah adat Minangkabau, juga dikenal sebagai rumah gadang.
Pada awalnya, sebuah sayembara dilakukan untuk menemukan desain arsitektur masjid di Sumatera Barat. Tim yang terdiri dari Muh. Yuliansyah, Ropik Adnan, dan Irvan P. Darwis, dipimpin oleh Rizal Muslimin. Berbeda dengan masjid-masjid biasa di Sumatera Barat yang berbentuk Gonjong.
Masjid Sumatera Barat mungkin memiliki daya tarik karena memiliki desain yang unik dan menarik. Laman berita juga menyatakan bahwa Masjid raya Sumatera Barati Padang dinobatkan sebagai salah satu masjid dengan desain arsitektur terbaik di dunia. Menurut artikel yang diterbitkan pada 22 Desember 2021 oleh Kumparan Travel, "Penghargaan Abdullatif Al Fozan untuk Arsitektur Mesjid."
Masjid di Sumatera Barat mungkin menarik karena memiliki desain yang unik. Laman berita juga menulis bahwa Masjid raya Sumatera Barati Padang dinobatkan sebagai salah satu masjid dengan desain arsitektur terbaik di dunia. "Penghargaan Abdullatif Al Fozan untuk Arsitektur Mesjid", menurut artikel yang diterbitkan oleh Kumparan Travel pada 22 Desember 2021.
Reporter : Muhammad Khaliq
Jalannya Para Raja!, Sejarah Singkat Jalan Malioboro
Malioboro, pusat kota Yogyakarta, terkenal sebagai tempat oleh-oleh, belanja, dan makanan.Pada malam hari, kawasan ini semakin padat dan ramai dengan pedagang, wisatawan, dan artis dari berbagai bidang, seperti musik, lukis, dan pantomim. Malioboro memiliki sejarah yang cukup panjang sebelum menjadi ikon wisata Yogyakarta seperti sekarang ini.
Sejarah Jalan Malioboro dimulai pada 13 Februari 1755, ketika Perjanjian Giyanti memecah Kerajaan Mataram Islam menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Menurut beberapa sumber, Jalan Malioboro didirikan pada hari yang sama di mana Keraton Yogyakarta didirikan.
Pejabat tinggi Belanda, termasuk gubernur jenderal, sering melewati jalan ini saat melakukan kunjungan resmi ke Yogyakarta.Setelah pemerintah Belanda menyelesaikan pembangunan Benteng Vredeburg di ujung selatan Malioboro pada tahun 1790, jalan ini menjadi lebih ramai.
Mereka juga membangun Dutch Club atau Societeit de Vereeniging Djokdjakarta (1822) dan Residensi Gubernur Belanda (1830), kemudian Javasche Bank (1879) dan Kantor Pos (1912). Di awal tahun 1800-an, pemerintah Hindia Belanda ingin membangun Malioboro sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi.
Malioboro juga berkembang pesat karena perdagangan antara orang Belanda dan pedagang Tionghoa.Selain itu, dengan terbitnya Undang-Undang Agraria sekitar tahun 1870-an, sentra ekonomi Yogyakarta mulai berkembang.
Pada tahun itu, pemerintah Hindia Belanda mengadopsi politik kolonial liberal, juga dikenal sebagai politik pintu terbuka.
Infrasturktur seperti stasiun, bank, pusat perdagangan, dan sekolah juga dibangun oleh pemerintah Belanda dengan modal asing.
Stasiun (sekarang Stasiun Tugu Yogyakarta) dibangun pada tahun 1887, membagi Jalan Malioboro menjadi dua.Jumlah orang asing yang datang ke Yogyakarta meningkat di awal abad ke-20. Malioboro kemudian menjadi jalan pertokoan paling sibuk dan terus menjadi hal itu hingga hari ini.
Malioboro berkembang dari jalan-jalan pedesaan yang dihiasi pepohonan menjadi pusat perbelanjaan Yogyakarta yang selalu penuh orang.
Reporter : Muhammad Khaliq
Sejarah Gedung BNI 46, Sebuah Bangunan Tua Eksklusif di Yogyakarta
Banyak situs sejarah Indonesia masih digunakan. Gedung BNI 1946 di Yogyakarta adalah salah satu ikon Indonesia yang terkenal.
Gedung ini terletak di Jalan Ahmad Dahlan dan Jalan Trikora No.1 Kampung Kauman, Kelurahan Ngupaan, Kecamatan Gondomanan, di pusat Kota Yogyakarta. Frans Johan Louwrens Ghijsels, seorang arsitek Belanda yang tinggal di Tulungagung, adalah perancang bangunan dengan nuansa kolonial ini.
Gedung ini dibangun pada tahun 1921 dan selesai pada tahun 1922, menurut situs web Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Rabu (16/8/2023). Bagian dinding gedung ini unik dengan pilar semu dan roster yang membantu sirkulasi udara dan pencahayaan.
Selain itu, Gedung BNI 1946 dipercantik dengan dindingnya yang tinggi yang dihiasi dengan pilar-pilar semu dan jendela yang lebar dan menjulang. Bangunan ini menjadi salah satu landmark pusat Kota Yogyakarta karena pintu dan pilar tingginya yang khas dari gaya gedung ala Eropa.
Bangunan ini awalnya digunakan sebagai kantor asuransi Belanda Nederlandsch Indische Levensverekeringen en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ). Selain sebagai Nillmij, bangunan ini juga digunakan oleh Nederlandsch Handel Maatschappij (NHM), Escompto Maatschappij, dan toko makelar Buyn & Co.
Setelah Jepang menduduki Yogyakarta, tentara Jepang menggunakan gedung ini sebagai kantor radio mereka yang disebut Hoso Kyoku.
Setelah Indonesia merdeka, gedung ini digunakan sebagai studio radio Mataramsche Vereeniging voor Radio Omroep (MAVRO). MAVRO kemudian menjadi cikal bakal Radio Republik Indonesia (RRI) Nusantara II Yogyakarta.
BNI 1946 Yogyakarta didirikan oleh Margono Djojohadikusumo pada 5 Juli 1946 dengan dasar Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946 tentang pembentukan BNI. Gedung RRI sebelumnya diubah menjadi gedung BNI 46 Yogyakarta.
Menurut situs web resmi BNI, BNI didirikan pada 17 Agustus 1946 dan berkembang di seluruh Indonesia. Dengan SK Menteri PM.07/PW.007/MKP/2010, Gedung BNI telah ditetapkan sebagai cagar budaya karena banyaknya peristiwa sejarah dan gaya arsitekturnya yang unik dari tahun 1946.
Reporter : Muhammad Khaliq
Sejarah Gedung BNI 46, Sebuah Bangunan Tua Eksklusif di Yogyakarta
VOKALOKA.COM, Bandung- Banyak situs sejarah Indonesia masih digunakan. Gedung BNI 1946 di Yogyakarta adalah salah satu ikon Indonesia yang terkenal.
Gedung ini terletak di Jalan Ahmad Dahlan dan Jalan Trikora No.1 Kampung Kauman, Kelurahan Ngupaan, Kecamatan Gondomanan, di pusat Kota Yogyakarta. Frans Johan Louwrens Ghijsels, seorang arsitek Belanda yang tinggal di Tulungagung, adalah perancang bangunan dengan nuansa kolonial ini.
Gedung ini dibangun pada tahun 1921 dan selesai pada tahun 1922, menurut situs web Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Rabu (16/8/2023). Bagian dinding gedung ini unik dengan pilar semu dan roster yang membantu sirkulasi udara dan pencahayaan.
Selain itu, Gedung BNI 1946 dipercantik dengan dindingnya yang tinggi yang dihiasi dengan pilar-pilar semu dan jendela yang lebar dan menjulang. Bangunan ini menjadi salah satu landmark pusat Kota Yogyakarta karena pintu dan pilar tingginya yang khas dari gaya gedung ala Eropa.
Bangunan ini awalnya digunakan sebagai kantor asuransi Belanda Nederlandsch Indische Levensverekeringen en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ). Selain sebagai Nillmij, bangunan ini juga digunakan oleh Nederlandsch Handel Maatschappij (NHM), Escompto Maatschappij, dan toko makelar Buyn & Co.
Setelah Jepang menduduki Yogyakarta, tentara Jepang menggunakan gedung ini sebagai kantor radio mereka yang disebut Hoso Kyoku.
Setelah Indonesia merdeka, gedung ini digunakan sebagai studio radio Mataramsche Vereeniging voor Radio Omroep (MAVRO). MAVRO kemudian menjadi cikal bakal Radio Republik Indonesia (RRI) Nusantara II Yogyakarta.
BNI 1946 Yogyakarta didirikan oleh Margono Djojohadikusumo pada 5 Juli 1946 dengan dasar Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946 tentang pembentukan BNI. Gedung RRI sebelumnya diubah menjadi gedung BNI 46 Yogyakarta.
Menurut situs web resmi BNI, BNI didirikan pada 17 Agustus 1946 dan berkembang di seluruh Indonesia. Dengan SK Menteri PM.07/PW.007/MKP/2010, Gedung BNI telah ditetapkan sebagai cagar budaya karena banyaknya peristiwa sejarah dan gaya arsitekturnya yang unik dari tahun 1946.