Jalannya Para Raja!, Sejarah Singkat Jalan Malioboro

Malioboro, pusat kota Yogyakarta, terkenal sebagai tempat oleh-oleh, belanja, dan makanan.Pada malam hari, kawasan ini semakin padat dan ramai dengan pedagang, wisatawan, dan artis dari berbagai bidang, seperti musik, lukis, dan pantomim. Malioboro memiliki sejarah yang cukup panjang sebelum menjadi ikon wisata Yogyakarta seperti sekarang ini.

Sejarah Jalan Malioboro dimulai pada 13 Februari 1755, ketika Perjanjian Giyanti memecah Kerajaan Mataram Islam menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Menurut beberapa sumber, Jalan Malioboro didirikan pada hari yang sama di mana Keraton Yogyakarta didirikan.

Pejabat tinggi Belanda, termasuk gubernur jenderal, sering melewati jalan ini saat melakukan kunjungan resmi ke Yogyakarta.Setelah pemerintah Belanda menyelesaikan pembangunan Benteng Vredeburg di ujung selatan Malioboro pada tahun 1790, jalan ini menjadi lebih ramai.

Mereka juga membangun Dutch Club atau Societeit de Vereeniging Djokdjakarta (1822) dan Residensi Gubernur Belanda (1830), kemudian Javasche Bank (1879) dan Kantor Pos (1912). Di awal tahun 1800-an, pemerintah Hindia Belanda ingin membangun Malioboro sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi.

Malioboro juga berkembang pesat karena perdagangan antara orang Belanda dan pedagang Tionghoa.Selain itu, dengan terbitnya Undang-Undang Agraria sekitar tahun 1870-an, sentra ekonomi Yogyakarta mulai berkembang.

Pada tahun itu, pemerintah Hindia Belanda mengadopsi politik kolonial liberal, juga dikenal sebagai politik pintu terbuka.

Infrasturktur seperti stasiun, bank, pusat perdagangan, dan sekolah juga dibangun oleh pemerintah Belanda dengan modal asing.

Stasiun (sekarang Stasiun Tugu Yogyakarta) dibangun pada tahun 1887, membagi Jalan Malioboro menjadi dua.Jumlah orang asing yang datang ke Yogyakarta meningkat di awal abad ke-20. Malioboro kemudian menjadi jalan pertokoan paling sibuk dan terus menjadi hal itu hingga hari ini.

Malioboro berkembang dari jalan-jalan pedesaan yang dihiasi pepohonan menjadi pusat perbelanjaan Yogyakarta yang selalu penuh orang.


Reporter : Muhammad Khaliq

No comments

Post a Comment